Akulturasi Budaya Jawa dan Eropa di Masa Kolonial

Related Articles

NALAR – Arkeologi Indonesia, Pelapisan masyarakat pada masa kerajaan, posisi teratas diisi oleh kalangan bangsawan, priyayi dan masyarakat biasa. Sementara dalam cara pandang masyarakat masa kolonial, terdiri dari orang Eropa, Timur dan terakhir pribumi. Para bangsawan dan kaum priayi yang dikenal sebagai agen pengemban dan penyebar kebudayaan jawa. Baik dari lingkungan keraton ke masyarakat justru paling banyak terpengaruh kebudayaan barat. Hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi budaya Jawa dan Eropa.

Pendidikan yang mulai digalakkan sejak politik etis dijalankan menjadi salah satu faktor. Pendidikan membawa pengaruh terhadap pemikiran ataupun tingkah laku para bangsawan maupun priyayi. Penduduk pribumi yang bersekolah belajar tentang budaya barat.

Pardi Sutarno dalam bukunya Masyarakat Jawa dan Budaya Barat : Karya Sastra Jawa Masa kolonial menyoroti berbagai aspek yang berakulturasi. Aspek yang mendapat pengaruh dari kolonial Belanda, mulai dari cara makan, cara berfikir, kesenian, kesehatan, pakaian dan lain sebagainya. Selain itu, juga nampak jelas pada arsitektur rumah pejabat belanda yang menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.

Bentuk Akulturasi Dua Budaya

Salah satu yang sangat memengaruhi budaya bangsawan jawa ialah Rijstaffel. Secara harfiah berarti hidangan nasi (rijst = nasi, tafel = meja). Secara istilah bahwa sajian nasi yang dihidangkan secara spesial, karena memang hanya digelar ketika ada acara tertentu. Mereka memperkerjakan pribumi untuk menjadi pelayannya, termasuk sebagai juru masaknya. Juru masak para penjajah ini karena lahir dan besar di Indonesia, maka mereka lebih terbiasa untuk memasak makanan Indonesia. Lama kelamaan, terjadilah akulturasi budaya kuliner antara Eropa dan pribumi.

Bentuk pengaruh Ristafffel nampak jelas pada keraton atau istana di Jawa. Masyarakat Jawa biasanya menggunakan jari tangan kanan untuk makan. Mereka duduk bersila atau lesehan beralaskan tikar. Penggunaan alat makan berupa sendok, garpu atau pisau di meja makan merupakan suatu budaya dari Eropa.

Saat kunjungan elit Eropa ke Istana atau keraton Jawa, dihidangkan berbagai variasi makanan. Menu yang dihidangkan untuk mereka disesuaikan dengan selera lidah Eropa. Setiap perjamuan, maka minuman barat seperti lemon, setrup, air belanda, bir, cola dan sejenisnya tak pernah absen.

Hal yang sama juga dilakukan ketika perjamuan dilakukan oleh orang Eropa. Makanan yang dihidangkan cenderung menyesuaikan dengan lidah orang Jawa. Namun, minuman beralkohol akan selalu hadir. Biasanya elit Jawa akan ikut mengkonsumsi minuman tersebut sebagai bentuk hormat kepada tuan rumah. Tak sedikit, para elit mulai memasukkan minuman beralkohl dalam kehidupan sehari hari.

Adaptasi Orang Eropa dengan Budaya Jawa

Selain orang pribumi yang belajar pada orang Eropa, hal sebaliknya juga terjadi. Orang orang eropa belajar cara beradaptasi dengan lingkungan setenpat. Kebaya jadi pilihan sehari-hari wanita Eropa di Hindia Belanda pada saat beraktivits di rumah. Sekalipun kebaya tak digunakan dalam hajatan penting.

Contoh nyata dari arsitektur rumah ialah perpaduan Budaya Jawa dan Kolonial dapat dilihat di beberapa daerah di Jawa. Pengaruh Kolonial tersebut terdapat pada bentuk atap, teknologi struktur bangunan, penggunaan besi pada kolom. Selain itu, ukuran pintu dan jendela yang cenderung lebih besar, teknologi besi tempa, dan sumbu asimetris pada tampak bangunan. Sedangkan dari fungsi dan pembagian ruang membuktikan bahwa rumah pejabat belanda nilai-nilai budaya. Ruangan tersebut yaitu; teras (pendhopo), ruang tamu (pringgitan), ruang tidur (senthong), ruang tengah (dalem), dan dapur (pawon).

Kolonialisasi Belanda di Jawa abad ke -19 mengeser budaya Jawa untuk lebih dekat ke budaya Eropa (Belanda). Hal itu disikapi dengan proses akulturasi budaya yang wajar sehingga melahirkan kebudayaan baru yang bernuansa Eropa. Kebudayaan baru hasil akulturasi dari dua budaya antara budaya Jawa dengan budaya Eropa (Belanda) dikenal dengan kebudayaan Indis .

More on this topic

Comments

Advertisment

Popular stories