Nalar-National Archaeology-Archaeology Indonesia–Situs Schoningen – Jika selama ini anda lebih sering mendengar peralatan dari batu yang digunakan oleh manusia purba, itu mungkin sudah menjadi hal yang lumrah. Mengingat peralatan yang berbahan dari batu menjadi satu-satunya jenis peralatan yang dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama. Namun pernahkah anda mendengar peralatan dari kayu yang berusia ratusan ribu bahkan jutaan tahun silam?
Jurnal terbaru yang terbit di PNAS (Proceedings of The National Academy of Science, memperlihatkan adanya peralatan dari kayu yang berusia 300 tahun yang lalu. Penemuan tersebut didapatkan di Situs Schoningen’s, Jerman. Dirk Leder dkk berhasil menemukan peralatan berupa tombak, tongkat pelempar, dan artefak kayu lainnya yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari atau rumah tangga.
Situs Schoningen
Schoningen menjadi saksi kehadiran berbagai peralatan kayu yang diperkirakan telah hadir sejak 300 tahun yang lalu. Hal tersebut sekaligus memunculkan sebuah gambaran tentang aktivitas manusia terutama dengan penggunaan artefak kayu sebagai peralatan dalam menunjang hidup.
Tempat ini berada di sebuah wilayah perbukitan Eropa bagian utara. Dulunya tempat ini merupakan bekas galian tambang. Kemudian penelitian arkeologi baru dimulai sejak tahun 1981 hingga tahun 2008. Diduga kuat bahwa besar kemungkinan area pusat pemukiman terletak di wilayah yang cenderung terbuka. Sementara untuk perolehan bahan dalam pembuatan peralatan kayu didapatkan di Gunung Elm yang jaraknya agak jauh dari Situs Schoningen sekitar 3-5 km.
Hal tersebut kemudian diperkuat berdasarkan studi lingkungan purba (Paleoenvironment). Rata-rata jenis pohon yang digunakan sebagai bahan dalam pembuatan artefak tumbuh dilingkungan lumpur organic dan lumpur kapur. Berbanding terbalik dengan kondisi tanah maupun kondisi lingkungan di area Situs Schoningen. Hal tersebut menandakan bahwa
Artefak dari Situs Schoningen
Tak heran jika banyak yang menyebut bahwa Situs Schoningen menjadi salah satu situs Eropa dengan artefak kayu terbanyak yang ditemukan sejauh ini. Total ada 187 artefak kayu dan 527 lainnya merupakan sampel kayu alami. Dari hasil pengamatan, artefak kayu tersebut dibentuk dengan cara dipotong atau digosok.
Secara umum ada dua kategori penggunaan artefak kayu di Situs Schoningen. Kategori pertama merupakan peralatan kayu yang berfungsi sebagai senjata berburu. Ada 20 hingga 25 alat yang berhasil dikenali, terdiri dari tombak dan tongkat pelempar, Alat yang menyerupai tombak diduga digunakan sebagai alat berburu hewan-hewan besar sejenis kuda. Adapun tongkat pelempar yang ukurannya lebih kecil dibanding tombak juga kemungkinan digunakan sebagai senjata berburu hewan kecil, seperti kelinci dan burung.
Kategori kedua ialah artefak kayu yang digunakan untuk kegiatan rumahan. Tercatat 35 artefak yang berhasil dikenali, 25 diantaranya memiliki ujung yang runcing dan 11 lainnya terlihat membulat (rounded). Beberapa alat tersebut diduga digunakan sebagai alat untuk mengolah bahan yang lunak. Misalnya digunakan untuk mengolah kulit binatang untuk dijadikan pakaian atau tikar, alat pancing, dan fungsi lainnya yang berkaitan dengan aktivitas mengolah makanan.
Metode identifikasi Artefak Kayu
Analisis tumbuh-tumbuhan (botani), konsep Chaine Operatoire, analisis morfometri, perhitungan sampel dengan prinsip MNI, serta pengamatan secara mikroskopis digunakan untuk mengenali artefak kayu yang ada di Situs Schoningen. Werner Schoch ahli kayu yang berasal dari Swiss, menjadi salah satu aktor penting dalam proses identifikasi artefak di Situs tersebut.
Ia terlebih dahulu membagi artefak menjadi empat kategori sesuai dengan atribut dan jumlah artefak. Setelah itu dilanjutkan pengamatan dengan menggunakan konsep Chaine Operatoire. Konsep ini dijadikan sebagai rujukan untuk mengetahui alur pembuatan artefak, mulai dari proses pengambilan bahan, pembuatan artefak, penggunaan, pembuangan, dan proses daur ulang artefak (recycling).
Proses perhitungan Minimum Number Individu (MNI) digunakan untuk menghitung jumlah artefak. Sementara untuk analisis morfometrik, dilakukan untuk melihat proses perubahan yang terjadi pada setiap artefak. Misalnya dengan menggunakan analisis tersebut, tiap artefak dapat diketahui rata-rata ukuran dan perubahan yang kemungkinan terjadi, baik itu secara artifisial ataupun secara alami.
Dan yang terakhir untuk memperkuat hasil analisis, dilakukan pengamatan secara mikroskopis. Dalam proses tersebut, dilakukan teknik visualisasi dengan menggunakan peralatan yang serba canggih (Hightech). Berbagai peralatan yang digunakan seperti kamera Nikon D850 (45,7 MP), Nikon Z7 II (45,7 MP), Nikon D7000 (16 MP), dan tereomicroscope (Leica S9D dengan kamera Flexacam C3). Peralatan tersebut kemudian dibantu dengan beberapa software Adobe Photoshop dan Capture One 21.
Jenis Pohon Yang Digunakan Sebagai Artefak Kayu
Hal yang tak kalah menarik dalam penelitian tersebut ialah informasi tentang jenis pohon yang digunakan dalam pembuatan artefak kayu. Diketahui bahwa ada 3 jenis pohon yang sering dimanfaatkan. Pohon tersebut adalah jenis pohon cemara, pohon pinus, dan pohon willow.
Pohon cemara, pinus dan pohon willow memiliki begitu banyak manfaat. Baik itu berkaitan dengan kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga, bahkan dalam perkembangan terkini dikembangkan sebagai obat medis. Dengan begitu, pemanfaatan jenis pohon tersebut di Situs Schoningen, menyiratkan jika ternyata ketiga pohon itu punya sejarah yang panjang. Sekaligus menunjukkan memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan manusia. Mulai sejak awal munculnya peradaban hingga saat sekarang ini.
Beberapa Penemuan Artefak Kayu di Wilayah Lainnya
Penemuan artefak kayu yang berusia sekitar 300 ribu tahun yang lalu di Situs Schoningen ternyata bukan yang pertama. Masih ada penemuan artefak kayu lainnya yang pernah ditemukan di zaman pleistosen. Sebut saja Afrika, tatkala membicarakan tentang cikal bakal peradaban, Afrika tak pernah absen dalam hal tersebut. Penemuan artefak kayu di wilayah itu diketahui berumur 780 ribu tahun yang lalu. Selain itu, beberapa wilayah lainnya seperti Eropa, Eurasia, dan Amerika Selatan juga terdapat penemuan artefak kayu. Penemuan itu berusia sekitar 14,5-400 ribu tahun yang lalu.
Artefak kayu yang ditemukan di masa yang terbilang purba atau primitif itu, memberikan ilustrasi tentang perilaku manusia kala itu. Telah ada sebuah inovasi dan kreatifitas yang dapat dilihat dari cara memodifikasi peralatan hingga penggunaannya. Maka dari itu, kondisi tersebut semakin memperkuat gambaran kita tentang kehidupan manusia yang hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mulai dari evolusi manusia, kemampuan otak, dan perkembangan peralatan hidup yang digunakan.
Referensi
Kolfschoten, T. v. (2013). The Palaeolithic locality Schöningen (Germany): A review of the mammalian record. Quaternary International, 1-12.
Leder, D., Lehmann, J., Milks, A., Koddenberg, T., Sietz, M., Vogel, M., . . . Terberger, T. (2024, April 5). The Wooden Artefacts From Schoningen’s Spear Horizon and their place in human evolution. PNAS Vol. 121 No. 15, pp. 1-10.
Naturaleza, I. (n.d.). Ciri-ciri Pohon Willow, dan Perawatannya. Retrieved from Postposmo: https://www.postposmo.com/id/Pohon-willow/
Prabowo, M. P. (2022, February 10). Pohon Cemara: Ciri-ciri, Manfaat dan 16 Jenis Cemara . Retrieved from lindungi hutan: https://lindungihutan.com/blog/pohon-cemara-ciri-ciri-manfaat-jenis-cemara/
Ramadhani, S. (2022, February 17). Pohon Pinus: Ciri-ciri, Habitat dan Manfaatnya. Retrieved from lindungi hutan: https://lindungihutan.com/blog/pohon-pinus-ciri-ciri-jenis-manfaat-pinus/
Schoch, W. H., Bigga, G., Böhner, U., Richter, P., & Terberger, T. ( 2015, December). New insights on the wooden weapons from the Paleolithic site of Schöningen. Journal of Human Evolution Volume 89, pp. 214-225.