Penggunaan Tulang Hewan Sebagai Mata Pancing Oleh Penduduk Awal di Australia

Related Articles

Nalar-NAsional Arkeologi Indonesia– Memancing merupakan kegiatan yang sering dilakukan diwaktu-waktu tertentu. Ada yang menjadikannya sebagai hobi bahkan tak jarang yang menjadikannya sebagai mata pencaharian utama. Kita ambil contoh misalnya nelayan, kehidupan yang bergantung dengan hasil laut menuntun mereka untuk segera mendapatkan ikan sebagai menu konsumsi.

Selain menggunakan jaring, alat lain yang digunakan yaitu alat pancing. Alat ini terdiri dari joran, tali, pelampung, pemberat, dan mata pancing. Prinsip penggunaannya amat sederhana, yakni dengan memberikan sebuah umpan agar target (ikan) dapat melirik dan mendatangi umpan tersebut. Setelah umpannya dimakan, bersamaan kemudian gagang/joran diangkat.

Pastinya kalian sudah tak asing lagi dengan alat tersebut. Meskipun belum pernah menggunakan secara langsung, tetapi kalian sudah pernah bahkan sering melihatnya.
Sejenak kita kembali ke masa lalu, ternyata alat yang serupa juga telah hadir. Namun tak seefektif dan secanggih yang sekarang. Gagang yang telah terbuat dari fiber, tali berbahan nilon, dan besi sebagai pemberat. Selain itu menggunakan pelampung buatan, dan mata kail dari logam atau besi.

Meskipun tidak dipungkiri alat pancing tradisional di kampung biasanya masih menggunakan bambu sebagai gagang. Tetapi difase yang lebih awal yaitu sekitar 7.000 tahun yang lalu, justru menggunakan tulang sebagai mata pancing.

Baru-baru ini dari hasil penelitian yang terbit dalam International Journal Of Osteoarchaeology pada 20 Januari 2023. Hasil penelitian itu membahas mengenai alat tulang yang diperoleh di sekitar sungai Alligator bagian utara. Tepatnya di area perkebunan masyarakat Mirrar, Australia. Lokasi tersebut dikenal dengan nama Situs Madjejebe, yang sebelumnya bernama Malakunanja II.

Penemuan Situs Alat Tulang

Situs Madjejebe lokasi penemuan alat tulang. Sumber. onlinelibrary.wiley.com

Situs tersebut tepat berada di depan tebing yang menghadap ke arah barat laut, memanjang sejauh 50 meter. Situs ini pertama kali digali pada tahun 1973 terkait penelusuran mengenai kondisi lingkungan sungai Alligator. Berlanjut pada tahun 1989, situs ini kembali menarik perhatian. Karena hasilnya yang menunjukkan bahwa situs tersebut berumur 50.000 tahun yang lalu.

Rasa penasaran para peneliti kian tak tertahankan, ditambah bukti peradaban dari penduduk awal Australia yang sangat kaya. Oleh karena itu, pada tahun 2012 dan 2015 dilakukan kembali penelitian. Peneliti menghasilkan penanggalan yang lebih tua yaitu sekitar 65.000 tahun yang lalu. Hal tersebut semakin memperkuat bahwa Situs Madjejebe telah dihuni sejak masa pleistosen dan menasbihkan diri sebagai situs tertua di Australia.

Ditengah masifnya penelitian yang telah dilakukan di situs tersebut. Penelitian yang fokus mengkaji tulang nyatanya telah berlangsung mulai dari tahun 1972, 1989, 2012 hingga tahun 2015. Temuannya berupa fragmen tulang yang telah dipoles sedemikian rupa. Bahkan disinyalir tulang tersebut digunakan sebagai ujung tombak dan untuk mengerjakan tanaman.

Pungsi Dari Kegunaan Alat Tulang

Dengan hasil yang diperoleh, penelitian terkait tulang dirasa masih belum bisa menggambarkan kehidupan di Madjejebe. Langley dkk, (2023) kemudian memutuskan untuk mengkaji lebih lanjut 230 artefak tulang yang ditemukan di situs tersebut. Diketahui,199 diantaranya merupakan jenis alat sedangkan sisanya tidak teridentifikasi.

Bekas penggunaan pada bagian alat tulang. Sumber. onlinelibrary.wiley.com

Dari hasil analisis, menunjukkan bahwa tulang tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya sebagai kail atau mata pancing, mata tombak, alat tenun, dan sebagai hiasan atau ornamen.

Metode yang digunakan dalam melihat hal tersebut ialah dengan melakukan pengamatan mikroskopis. Mendata ukuran tiap bagian tulang dan mengidentifikasi taksonomi untuk mengetahui spesies dengan mengacu pada referensi tentang fauna.

Sementara, analisis fungsi dilakukan dengan mengamati proses perubahan yang terjadi pada tulang. Baik yang terbentuk secara alami maupun terdapat bekas pengerjaan oleh manusia. Seperti, jejak pemakaian, terdapat sisa bahan makanan, dan lain sebagainya. Selain itu, dilakukan pula pengamatan keruangan guna mengetahui keletakan tulang dan hubungannya dengan temuan lainnya.

Kail (Mata Pancing) di Situs Madjejebe

Sangat menarik apa yang disuguhkan, sebuah kail yang terbuat dari tulang. Tentunya tak habis pikir dibuatnya, kail yang biasanya terbuat dari logam, nyatanya malah terbuat dari tulang. Namun hal ini patut diapresiasi, inilah karya para pendahulu sebagai salah satu teknologi di masa itu.

Mata pancing tersebut sekilas berbentuk huruf “J”, terbuat dari tulang kortikal hewan mamalia daratan. Berjumlah empat buah, dengan bekas pengerjaan yang terlihat adanya bekas cukilan pada bagian tulang. Selain itu, berdasarkan keletakannya, temuan ini berada pada fase paling muda dari empat fase yang ada.

Teknologi lainnyya di Situs Madjejebe

Selain kail, temuan lainnya yang menarik ialah mata tombak. Bentuk dari temuan ini yaitu memiliki sisi tajaman pada bagian tertentu. Dengan mengambil salah satu daerah yang kerap mempraktikkan tindakan yang seperti itu (lokasinya yaitu di Arnhem Land). Ditambah data ukuran dan jejak pakai, menjadi alasan dalam menilai fungsi dari temuan tersebut.

Data lainnya, di Situs Madjejebe semakin memperlihatkan penggunaan alat tulang yang beragam. Bentuk lainnya misal penggunaannya sebagai senjata yang diambil dari tulang panjang mamalia. Alat ini gunakan untuk mengerjakan tanaman atau kulit kayu dalam rangka membuat pewarna alami. Fungsinya untuk menenun keranjang, tikar, dan bentuk lainnya. Pengetahuan ini terdeteksi melalui sisa kulit kayu berwarna putih/abu-abu pada tulang dan warna kuning yang menunjukkan adanya pewarna alami. Terakhir, tulang juga difungsikan sebagai ornamen ataupun hiasan seperti mahkota dan kalung.

Maka dari itu dari riset tersebut, dapat diketahui gambaran awal kehidupan masyarakat Mirrar, Australia. Begitupun dengan penggunaan alat tulang yang emakin membuka cakrawala pengetahuan. Apa yang telah ada sekarang juga dapat dijumpai di masa yang sangat jauh jaraknya dengan kehidupan saat ini. Justru, dari dulu inovasi telah diinisiasi oleh para “Nelayan Ulung”.

Bibliography
Langley, M. C., Djandjomer, D., Gamarrawu, R., Wallis, L. A., Nadjamerrek, C., Nango, M., et al. (2023). Fishooks, Fishing Spears, And Weaving: The Bone Technology Of Madjejebe, Notherm Australia. International Journal Of Osteoarchaeology, 1-14.

More on this topic

Comments

Advertisment

Popular stories