Nalar – Arkeologi Indonesia, Bagi anda para penggemar sepak bola Liga Inggris. Selain English Premiere League dan FA Cup, salah satu turnamen lainnya yang mentereng ialah Carabao Cup. Carabao Cup merupakan turnamen yang diikuti oleh seluruh klub profesional yang tergabung dalam federasi sepak bola Inggris. Menerapkan sistem gugur dan pertandingan home-away dibabak semifinal. Namun, yang tak kalah menarik dari turnamen tersebut ialah logo berupa simbol kepala hewan mamalia yang disertai tanduk. Logo tersebut merupakan brand dari salah satu perusahaan asal Thailand yang memproduksi minuman energi. Logo tersebut sekaligus sponsorship dari ajang bergengsi tersebut semenjak tahun 2017 hingga 2024 mendatang.
Selain dalam turnamen sepak bola, gejolak politik yang saat ini mulai memanas juga sangat menarik perhatian. Ramai-ramai tiap partai politik mulai menyebar spanduk di tiap persimpangan jalan. Dari situ, salah satu spanduk yang sering terpampang ialah spanduk dari partai PDI Perjuangan. Seperti yang diketahui, sesuatu yang khas dari parpol tersebut yakni logo kepala banteng yang disertai tanduk dengan nuansa warna merah.
Penampakan yang serupa juga dapat dilihat di rumah-rumah tradisional bahkan rumah-rumah modern (meskipun hanya sebuah replika). Di dalam ruang tamu, biasanya terdapat pajangan berupa tanduk rusa atau hewan lainnya. Pajangan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda, tergantung kemauan sang pemilik. Entah itu digunakan sebagai pelengkap guna meningkatkan nilai keindahan, difungsikan untuk menggantung barang. Sebagai simbol kejantanan, ataupun memiliki fungsi tertentu yang berkaitan dengan daya magis.
Dari ketiga contoh diatas, sontak muncul tanda tanya perihal logo maupun pajangan mengenai kepala hewan. Ada apa dengan hal tersebut? Mengapa begitu sering ditemukan dalam kehidupan ini?
Nah, jawabannya ialah “simbol”. Agustianto (2011), dalam tulisannya “Makna Simbol dalam Kebudayaan Manusia”. Agustianto menyebutkan bahwa simbol merupakan hasil dari kebudayaan, termasuk hasil dari pikiran manusia. Simbol juga sering digunakan sebagai media untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari maupun yang berkaitan dengan religi.
Gua Cueva Des Cubierta
Seyogianya simbolisme tak pernah lepas dari kebudayaan. Baru-baru ini dalam riset terbaru yang terbit di jurnal Nature Human Behaviour. Menyebutkan bahwa kepala hewan herbivora marak ditemukan di gua yang menjadi tempat bermukim para manusia modern awal “Neanderthal”.
Salah satunya Gua Cueva Des Cubierta yang terletak di Madrid menjadi saksinya. Gua ini merupakan salah satu bagian dari pegunungan kapur yang membentang di sepanjang lembah sungai Lozoya. Gua ini pertama kali ditemukan sejak tahun 2009. Semenjak saat itu, sisa-sisa aktifitas manusia yang ditemui cukup variatif.
Di gua tersebut ditemukan rahang bawah beserta enam gigi sulung. Setelah diamati, temuan tersebut merupakan Neanderthal yang masih berumur 3-5 tahun. Selain itu, temuan lainnya ialah alat batu yang berjumlah ratusan bahkan ribuan yang berada di dua lapisan yang berbeda. Tak ketinggalan, adanya temuan arang yang memungkinkan adanya proses penggunaan api.
Sisa-sisa fauna yang juga tampak mencolok di Cueva Des Cubierta. Hal itu menunjukkan terdapat 2.265 pecahan tulang dan terdiri dari 1.616 yang dapat diidentifikasi. Hewan herbivora disebutkan sebagai hewan yang mendominasi. Terdiri dari bison, rusa, badak stepa, dan kuda.
Hal yang menarik dari ribuan sisa fauna tersebut yaitu ditemukannya 35 tengkorak hewan herbivora. 35 tengkorak tersebut telah dipilah dengan mengangkat rahang bagian atas dan menyisakan tengkorak bagian atas dan tanduk.
Tanduk Hewan Sebagai Trofi Berburu
Dengan melihat pecahan dari tiap tulang dan mengamati jejak pemotongan atau perubahan yang terjadi pada tulang (taphonomi). Tengkorak hewan tersebut dianggap sebagai bentuk perilaku simbolisme manusia Neanderthal yang hidup di gua tersebut. Tengkorak tersebut dianggap simbol kepala hewan mamalia serta sebagai piala atau trofi berburu.
Asumsi tersebut didasarkan pada perlakuan tengkorak hewan yang dilihat dari bekas pemotongan, dan bekas penyembelihan lainnya. Tengkorak tersebut disinyalir mendapat dua perlakuan. Perlakuan pertama dilakukan di luar gua dengan mengambil secara keseluruhan bagian kepala. Sementara perlakuan selanjutnya dilakukan di dalam gua dengan mengangkat otak dan bagian rahang.
Asumsi lain yang memperkuat adalah minimnya nutrisi maupun daging yang bisa diambil dibagian tersebut (kepala hewan). Maka dari itu, tentunya kecil kemungkinan bagian tersebut dikonsumsi. Selain itu, dengan melihat kesamaan pada perilaku simbolisme, nyatanya terdapat beberapa daerah yang menerapkan perilaku demikian. Misalnya orang Achuan di Amerika Selatan dan Wola di Papua Nugini juga menyimpan tengkorak hewan sebagai souvenir atau piala berburu.
Tampilan atau akumulasi tengkorak piala sering dikaitkan dengan konstruksi identitas maskulin, misalnya kelompok di dataran rendah Papua Nugini. Akumulasi tengkorak lainnya terkait dengan ritual penguburan (oleh orang Uilta di Pulau Shakalin). Selain itu, sebagai media dalam pelaksanaan upacara tertentu misalnya dalam budaya Ainu di Jepang.
Oleh karena itu, hadirnya temuan berupa tengkorak hewan herbivora di gua tersebut. Menunjukkan bahwa temuan tersebut tidak berkaitan dengan kebutuhan makanan oleh manusia Neanderthal. Melainkan temuan tersebut merupakan perilaku simbolisme sebagai piala atau trofi dari hasil berburu.
Bibliography
A, A. (2011). Makna Simbol Dalam Kebudayaan Manusia. Ilmu Budaya, 1-7.
Baquendano, E., Arsuaga, J. L., Gonzales, A. P., Laplana, C., Marcques, B., & Rosa HuguetHigham, T. (2023). A Symbolic Neanderthal Accumulation Of Large Herbivore Crania. Nature Human Behaviour, 1-20.