Nationalarchaeology.com – Lampung adalah sebuah provinsi dibagian ujung selatan pulau Sumatera. Ibukota dan pusat pemerintahannya berada di kota Bandar lampung. Provinsi Lampung terkenal dengan angka kriminalitas yang cukup tinggi, karena pencurian motor atau pembegalan kerap terjadi setiap hari nya.
Aksi-aksi kekerasan yang identik dengan kriminalitas sebenarnya tidak hanya terjadi di provinsi Lampung, namun banyak terjadi di kota-kota besar yang kemudian merambat kedaerah hingga kedesa-desa.
Tapi tahukah kalian bahwa timbulnya kriminalitas atau angka kejahatan di Lampung berhubungan erat dengan masa kolonial, yaitu pada awal masa pembukaan dan pengembangan yang tidak merata disemua wilayah di Lampung pada saat pemerintahan Belanda.
Asal Usul Lampung
Dahulu Lampung adalah sebuah kerajaan (sekala Brak) yang didirikan oleh suku tumi sekitar abad ke 3. Pusat pemerintahannya berada di dataran Belalau atau dilereng gunung pesagi didekat Danau Ranau Lampung Barat. Masyarakatnya menyebar kesetiap penjuru melalui aliran Way atau sungai-sungai.
Lampung merupakan daerah yang penuh dengan perbukitan dengan hutan, pantai dan rawa-rawa. Sebagian besar wilayah nya terdiri dari tanah merah yang mengandung biji besi. Lada, kopi, dan kayu adalah hasil hutan di wilayah dataran tinggi, sedangkan untuk dataran rendah seperti padi, ketela, ubi, jagung dan kacang-kacangan. Produk terbesar yang menjadi andalan masyarakat Lampung adalah lada.
Kolonisasi Pemerintahan Belanda
Sejak adanya politik etis atau yang dikenal dengan Ethische Politiek menjadikan perubahan besar di wilayah kolonial hindia belanda. Dan salah satu program dalam politik etis yaitu membuat perubahan tata kependudukan (Kolonisasi).
Adapun faktor lain dalam kolonisasi ini juga menjadi alasan dalam tujuan pemindahan, dan pemerintah belanda sudah mempelajari dengan baik bagaimana masyarakat adat Lampung yang terbuka dengan penduduk yang datang ke wilayahnya.
Selain itu tingkat kesuburan tanah di Lampung dianggap cukup potensial sebagai wilayah perkebunan dan agraris yang membuat Lampung dimasa VOC dan pemerintah kolonial Belanda pernah menjadi tanah produksi untuk penanaman lada.
Tercatat pada tahun 1930 ekspor lada dari Lampung sempat mencapai 60% diseluruh dunia. Hal ini juga dimanfaatkan oleh pihak belanda dan juga VOC yang berhasil mempengaruhi kerajaan banten agar menguasai dan memonopoli hasil rempah dari Lampung.
Transisi era kolonial Setelah Kemerdekaan
Pada tahun tahun 1905 pemerintahan kolonial Belanda memindahkan orang-orang Jawa dari desa Bagelen, Jawa Tengah ke Gedong Tataan, Lampung (Patrice Levang: 2003).
Dan sejak saat itu arus migrasi yang masuk ke Lampung secara bergelombang terus berdatangan. Pada masa kemerdekaan, program kolonisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda tetap diadopsi oleh pemerintah Republik Indonesia dengan bingkai program transmigrasi yang dimulai sejak tahun 1950. Selain dari Jawa, Pemerintah Republik Indonesia juga memindahkan orang-orang Bali ke Lampung.
Keberadaan orang-orang Jawa melalui pemindahaan penduduk yang diterapkan pemerintah kemudian merubah wajah bumi Lampung. Pertanian dengan pengelolaan tanah menjadi sawah-sawah untuk menanam padi menjadi pemandangan baru.
Gejolak Sosial Program Transmigrasi
Komposisi penduduk di Lampung yang tidak seimbang antara pendatang dan masyarakat asli mulai menimbulkan gejolak sosial di Lampung. Masyarakat Adat Lampung sebagai masyarakat asli merasa terancam hak-haknya dan berusaha menolak program transmigrasi. Mereka menganggap hutan adalah tanah adat tempat mereka mencari makan. Sedangkan pemerintah menggunakan tanah adat sebagai pemukiman baru bagi pendatang.
Para pendatang juga kerap diuntungkan dengan perhatian khusus oleh pemerintah dengan memberikan subsidi tanah, bangunan rumah dan sembako. Sarana-sarana umum juga dibangun agar mereka bisa beradaptasi di lingkungan baru, seperti pembangunan irigasi dan jalan besar. Di sisi lain, penduduk asli masyarakat Lampung merasa diabaikan dan di sisihkan.
Kebijakan pemerintah yang terlalu fokus terhadap pendatang yang pada akhirnya mengubah masyarakat adat Lampung, yang tadinya mereka cukup terbuka menjadi agresif melawan kebijakan pemerintah. Pengaruh dari masa kolonial inilah yang mengakibatkan banyaknya aksi kriminalitas di Lampung hingga saat ini.
By: Orin