Kehidupan Masyarakat Penutur Austronesia di Pesisir Kawasan Kars Maros-Pangkep

Related Articles

Temuan Baru dari Gua Bulu Taroa 2

However, this research is still in its preliminary stages and requires more comprehensive evidence. The limitations of this study are expected to open new perspectives for future research” (Suryatman et.al., 2025)

Studi terbaru tentang kehidupan manusia prasejarah di Kawasan Kars Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, kembali mengungkap fakta menarik. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Archaeological Research in Asia oleh Suryatman dan tim pada tahun 2025 mengungkap bagaimana masyarakat Penutur Austronesia memanfaatkan sumber daya pesisir, terutama kerang muara, sebagai makanan utama. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang pola hidup masyarakat prasejarah di Indonesia.

Gua Bulu Taroa 2: Jejak Hunian Prasejarah

Gua Bulu Taroa 2, yang terletak di Kawasan Kars Maros-Pangkep, menjadi salah satu situs penting untuk memahami kehidupan manusia prasejarah. Di sini, ditemukan berbagai artefak seperti gambar cap tangan, pecahan tembikar, dan kumpulan kerang. Gua ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2020 oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (kini bernama Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX). Ekskavasi lanjutan dilakukan oleh mahasiswa arkeologi Universitas Hasanuddin pada tahun 2022 dan 2023.

Hasil ekskavasi menemukan beragam artefak, termasuk pecahan tembikar, kerang, tulang fauna, sisa pembakaran berupa arang, dan artefak logam. Temuan ini membantu para arkeolog merekonstruksi kehidupan ribuan tahun lalu, termasuk jenis makanan, peralatan, dan aktivitas sehari-hari masyarakat prasejarah di gua tersebut.

Zaman Neolitik Akhir: Masyarakat Pemburu Kerang

Foto 1. Pecahan tembikar di Situs Gua Bulu Taroa 2 (Suryatman, et al., 2025)

Berdasarkan analisis laboratorium terhadap sampel arang, Gua Bulu Taroa 2 diperkirakan telah dihuni sejak 2600-2400 tahun yang lalu, yaitu pada fase neolitik akhir. Fase ini dikenal dengan penggunaan tembikar dan kapak batu (beliung) untuk bertani. Namun, di Gua Bulu Taroa 2, aktivitas bertani tidak terlalu dominan. Sebaliknya, masyarakat lebih banyak memanfaatkan kerang sebagai sumber makanan utama, yang dimasak menggunakan tembikar. Hal ini didukung oleh temuan pecahan tembikar dan kerang dalam jumlah besar di kedalaman 70-115 cm.

Fase Logam Awal: Kemajuan Teknologi

Foto 3. Temuan artefak logam dan serpih batu di Situs Gua Bulu Taroa 2 (Suryatman, et al., 2025)

Selain fase neolitik, ditemukan juga bukti fase logam awal yang terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu. Pada fase ini, teknologi berkembang pesat, ditandai dengan penggunaan artefak logam. Di Gua Bulu Taroa 2, ditemukan tiga artefak logam yang kemungkinan digunakan untuk mendukung aktivitas di lingkungan pesisir. Temuan ini menunjukkan bahwa masyarakat prasejarah di kawasan ini telah memiliki kemampuan teknologi yang cukup maju.

Identitas Masyarakat Penutur Austronesia di Maros-Pangkep

Masyarakat yang menghuni Gua Bulu Taroa 2 diyakini sebagai bagian dari kelompok Penutur Austronesia, yang dikenal sebagai pelopor dalam berbagai inovasi teknologi, pertanian, dan sistem kepercayaan. Mereka memiliki karakteristik budaya khas, seperti:

  • Penggunaan kapak batu (beliung)
  • Pemanfaatan tulang fauna dalam kehidupan sehari-hari
  • Tembikar berslip merah

Kelompok ini berasal dari Cina Selatan, bermigrasi ke Taiwan sekitar 5000-6000 tahun yang lalu, lalu menyebar ke Filipina, Kepulauan Pasifik, dan Indonesia. Jejak mereka di Sulawesi dapat ditemukan di Kalumpang, Sulawesi Barat, sebelum akhirnya menetap di Kawasan Kars Maros-Pangkep sekitar 3000 tahun yang lalu.

Lokasi dan Kondisi Gua Bulu Taroa 2

Foto 4. Kondisi dan temuan kerang di kotak ekskavasi dan gambar cap tangan di Situs Gua Bulu Taroa 2 (Suryatman, et al., 2025)

Gua Bulu Taroa 2 terletak di sisi barat laut Kawasan Kars Maros-Pangkep, tepatnya di Kelurahan Sapanang, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep. Jaraknya sekitar 5,86 km dari Kota Pangkep. Untuk mencapai gua ini, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 200 meter menyusuri irigasi pertanian. Gua ini dikelilingi oleh sawah, kebun, dan vegetasi seperti pohon pisang, bambu, dan pohon aren.

Gua Bulu Taroa 2 memiliki ruang yang luas dan nyaman, dengan suasana sejuk akibat hembusan angin dari dalam gua. Tempat ini pernah digunakan oleh masyarakat Penutur Austronesia sebagai tempat tinggal dan aktivitas sehari-hari.

Fakta Menarik tentang Penutur Austronesia di Maros-Pangkep

  1. Pola Makan Berbasis Kerang: Masyarakat Penutur Austronesia di Gua Bulu Taroa 2 lebih banyak memanfaatkan kerang muara sebagai sumber makanan utama, bukan bercocok tanam.
  2. Tidak Ada Bukti Koeksistensi dengan Orang Toala: Tidak ditemukan bukti bahwa Penutur Austronesia hidup berdampingan dengan orang Toala, seperti yang diduga sebelumnya. Hal ini didukung oleh tidak adanya temuan ciri khas orang Toala, seperti mata panah (Maros Point) dan mikrolit.
  3. Penyebaran Setelah Fase Logam Awal: Masyarakat Penutur Austronesia mulai menyebar di Kawasan Kars Maros-Pangkep setelah fase logam awal. Mereka menggantikan orang Toala dan menggunakan gua sebagai tempat penguburan.
  4. Gelombang Kedua Migrasi: Ada dugaan bahwa Penutur Austronesia di Gua Bulu Taroa 2 merupakan gelombang kedua yang tiba melalui jalur laut dan langsung menetap di pesisir barat daya Sulawesi Selatan.
  5. Perbedaan Area Jelajah: Orang Toala lebih banyak bermukim di bagian tengah hingga selatan Kawasan Kars Maros-Pangkep, sementara Penutur Austronesia cenderung menetap di bagian barat laut, terutama di daerah pesisir.

Kesimpulan dan Prospek Penelitian Lanjutan

Penelitian ini masih dalam tahap awal dan membutuhkan bukti yang lebih komprehensif. Namun, temuan di Gua Bulu Taroa 2 telah memberikan gambaran baru tentang kehidupan masyarakat Penutur Austronesia di Kawasan Kars Maros-Pangkep. Studi ini diharapkan dapat membuka perspektif baru untuk penelitian selanjutnya, terutama dalam memahami migrasi dan adaptasi manusia prasejarah di Indonesia.

Referensi:

  • Anggraeni, Simanjuntak, Bellwood, P., Piper, P., 2014. Neolithic foundations in the Karama valley, West Sulawesi, Indonesia. Antiquity 88, 740–756.
  • Anggraeni., 2022. Early metal age settlement at the site of Palemba, Kalumpang, Karama Valley, West Sulawesi. Asian Perspect. 61 (1), 92–111.
  • Bellwood, P., 2007. Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago. ANU E Press, Sydney.
  • Suryatman, Saiful, A. M., Djindar, N. I., Hasanuddin, Sumantri, I., Perston, Y. L., . . . Brumm, A. (2025). Early evidence of Austronesian occupation in the Maros-Pangkep Karst of South Sulawesi, Indonesia. Archaeological Research in Asia, 1-19.

More on this topic

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Advertisment

Popular stories