Makanan dan Sumber Protein Hewani pada Manusia Purba

Related Articles

Nalar – Arkeologi Indonesia, Pernahkah anda membayangkan bagaimana jadinya kalau manusia tidak mengkonsumsi apapun? Apa yang akan terjadi? Tentunya sulit untuk membayangkan hal tersebut. Beberapa riset menunjukkan bahwa, manusia memiliki batasan dalam mempertahankan hidupnya, tanpa makan dan minum. Tak terkecuali nenek moyang kita, manusia purba butuh asupan makanan.

Akan tetapi di era yang sekarang, serba serbi makanan dapat kita jumpai. Orang-orang bisa membuat ataupun membeli langsung. Apalagi sekarang sudah banyak disediakan makanan praktis. Makanan yang instan seperti bubur instan, mi instan, roti, makanan beku seperti sosis dan nuget, dan masih banyak lagi.

Varian makanan yang tersedia, kadang membuat orang-orang bingung dalam menentukan makanan apa yang elok untuk dikonsumsi. Namun dalam rangka pemenuhan nutrisi tubuh, diprioritaskan makanan yang memiliki kandungan gizi yang baik. Pemilihan itu guna memperoleh tubuh yang sehat dan fit dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Salah bentuk nutrisi yang dibutuhkan oleh manusia adalah protein. Protein berperan dalam membangun jaringan pada tubuh. Selain itu, protein sebagai sumber pembantu dalam memelihara struktur tubuh. Sekaligus distributor zat kimia, berfungsi melawan infeksi, serta mengangkut oksigen dari paru-paru ke Jaringan tubuh. Protein juga dalam sistem kerjanya memproduksi enzim dan hormon yang akan membantu menjaga fungsi sel dan organ tubuh.

Sumber protein terbagi menjadi dua yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani bersumber dari makanan hewani, seperti daging, telur, dan ikan. Sementara itu protein nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti kacang kedelai, kacang merah, dan berbagai jenis kacang-kacangan lainnya.

Keduanya memiliki perbedaan yang terletak pada asam amino yang dimiliki (Asam amino sendiri merupakan bahan pembangun yang dikandung protein). Protein hewani mengandung asam amino esensial lengkap dan strukturnya hampir sama dengan asam amino pada tubuh. Sedangkan protein nabati mempunyai asam amino esensial yang tidak sebanyak protein hewani. Protein hewani memliki keunggulan dibanding dengan protein nabati. Alasannya karena protein hewan lebih baik menyerap asam amino, (Selengkapnya di hellosehat).

Makanan dan Sumber Protein Manusia Purba

Terlepas dari penjabaran mengenai protein, tentunya akan sangat menarik ketika ditarik kemasa silam. Masa dimana kehidupan manusia purba masih bergantung pada alam, hidup nomaden (berpindah-pindah), serta adanya aktifitas berburu meramu dan bercocok tanam. Dan jika dibandingkan, dahulu makanan tidak sepraktis dan selengkap yang tersaji sekarang. Ditambah lagi, perlu usaha yang keras untuk bisa memperolehnya.

Kita coba untuk mengarahkan pandangan ke salah satu tempat yang sarat akan sejarah kehidupan. Kehidupan manusia yang pernah ada pada masa silam yaitu Situs Liang Bua. Situs ini berada di Desa Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai (Flores), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Intensifnya penelitian yang dilakukan, telah mengungkap fase penghunian di tempat ini. Selain itu, dijumpai beberapa sisa aktifitas, diantaranya sisa fauna, artefak batu. Bahkan temuan hominin berupa spesies baru yang disebut sebagai Homo Floresiensis atau “Hobbit”. Selain itu, berdasarkan hasil dating diketahui bahwa kehidupan manusia purba telah berlangsung sejak masa paleolitik hingga paleometalik.

Berkaitan dengan sumber makanan yang dikonsumsi manusia pendukung di situs Liang Bua. Sisa fauna yang dominan dijumpai ialah tulang tikus. Meskipun terdapat sisa fauna lain seperti, gajah kerdil (Stegodon), bangau raksasa, dan komodo.

Dilansir dari jurnal Forum Arkeologi Volume 30, Nomor 2, Oktober 2017 (113 – 124). Salah satu penelitian yang bertujuan untuk mengungkap jenis-jenis tikus serta pemanfaatannya sebagai sumber kalori di situs Liang Bua.

Penelitian tersebut mengambil pendekatan Zooarkeologi. Istilah Zooarkeologi digunakan saat mengkaji sisa fauna dan hubungannya dengan manusia. Cabang ilmu ini bertujuan mengetahui jenis dan teknik perolehan maupun pemanfaatan fauna tersebut. Selain itu, teori ekosistem dan teori subsistensi juga diterapkan. Hal itu berguna mengetahui interaksi manusia dengan lingkungannnya dan usaha yang dilakukan manusia untuk memenuihi kebutuhan hidup.

Tikus, Makanan Favorit Manusia Purba di Leang Bua

Alhasil diketahui bahwa di situs Liang Bua terdapat enam genus tikus. Peneliti menyebutnya papagomys yang terdiri atas 2 spesies (Papagomys armandvilley dan Papagomys theodorverhoeveni). Spesias lain sperti spelaeomys florensis, Hooijeromys nusatenggara, Komodomys rintjanus, Paulamys naso.

Sedangkan rattus yang terdiri atas 2 spesies yaitu Rattus hainaldi dan Rattus exulans. Perbedaan spesies tikus-tikus ini dapat diidentifikasi dari bentuk gigi molar yang terletak pada rahang atas (maxilla). Idenfikasi lain yaiatu pada rahang bagian bawah (mandibula). Namun spesifik untuk tikus besar, ditemukan lebih dari 10.000 fragmen sisa tulang-tulang tikus. Berasal dari jenis Papagomys armandvillei dan Papagomys theodorverhoeveniI.

Mengenai pemanfaatannya, tikus ini digunakan sebagai sumber nutrisi berupa protein hewani yang secara fungsi dapat membangun dan memperbaiki jaringan tubuh. Untuk proses konsumsinya dilakukan dalam kondisi mentah dan dibakar.

Hasil wawancara yang diperoleh juga menunjukkan bahwa, masyarakat di sekitar Situs Liang Bua masih memanfaatkan tikus besar sebagai bahan makanan. Caranya diperoleh yaitu dengan memasang perangkap atau yang disebut nggepit. Tikus-tikus besar ini kemudian diolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada masa kini baik digoreng, direbus, dan dipanggang.

a. Rahang bawah tikus besar dengan bekas terbakar. b. Ulna tikus besar dengan bekas terbakar.
(Sumber: Koleksi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional; Foto: Ni Luh Gde Dyah Mega Hafsari , 2016)

Hewan Favorit Manusia Purba Jawa

Tak hanya itu, penelitian lain yang dilakukan pada beberapa lokasi menunjukkan beberapa fauna yang kemungkinan dikonsumsi manusia pada masa lalu. Misalnya saja penelitian di situs Liangan. Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menunjukkan tulang dan gigi kerbau paling banyak ditemukan pada situs tersebut. Dan berdasarkan hasil analisis, dimungkinkan adanya eksploitasi fauna dan telah dilakukan proses domestikasi.

Masih di Jawa Tengah, kali ini di Blora yakni situs Gua Kidang. Hasil penelitian menunjukkan fauna kerbau (Bovidae) mendominasi dengan jumlah 15 individu. Jenis unggas (Aves) 10 individu, rusa (Cervidae) 9 individu, dan Monyet (Maccaca) 8 individu. Beberapa fauna lainnya baik fauna darat maupun perairan (ikan/Pisces).

Fauna tersebut, kemungkinan dijadikan sebagai sumber makanan. Hal itu dikarenakan tidak dijumpai bekas jejak pembuatan atau jejak pakai pada fragmen tulang. Jika ditinjau dari penelusuran habitat, hewan tersebut tidak berada pada lingkungan situs tersebut. Selain itu, asumsi yang ada, diperkuat dengan beberapa fragmen yang memiliki bekas pembakaran. Asumsi lain kecenderungan bagian anatomi yang paling banyak ditemukan ialah bagian tulang depan dan tulang belakang. Notabene Tulang ini mengandung daging dan nutrisi paling banyak.

Beranjak ke Pulau Nusa Penida, tepatnya di situs Gua gede. Salah satu penelitian yang dilakukan di situs ini ialah untuk mengetahui strategi subsistensi manusia pendukung situs Gua Gede. Hasilnya menunjukkan bahwa, di situs ini manusia bertahan hidup dengan cara berburu binatang, baik di darat maupun di laut. Itu dilihat dari dominasi temuan sisa fauna. Kera menjadi salah satu sisa fauna yang paling banyak ditemukan. Beberapa sisa fauna lainnya yang terdiri dari, babi, unggas, ikan, dan cangkang kerang. Bukan hanya itu, di situs Gua Penida telah dilakukan pola pertanian sederhana yang dirujuk dari hadirnya kereweng atau gerabah.

Lukisan Hewan dan Ritual

Tak ketinggalan di daerah pedalaman Sulawesi Selatan yaitu di Situs Gua Batti. Pada situs tersebut menunjukkan adanya interaksi antara manusia dengan binatang. Sisa fauna dan lukisan dinding gua yang dijumpai menjadi dasar melahirkan asumsi tersebut. Fauna yang berhasil diketahui yaitu Babi, anoa, tikus, dan burung. Sisa fauna tersebut kemungkinan dimanfaatkan untuk dikonsumsi dan juga digunakan sebagai peralatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, lukisan dinding gua yang ditemukan, turut menggambarkan adanya aktifitas ritual yang dilakukan oleh penghuni di situs Gua Batti.

Dari situ, dapat dikatakan para leluhur telah berupaya keras untuk bisa bertahan hidup. Meskipun hanya memanfaatkan sumber daya yang tersedia, pemenuhan nutrisi tubuh tetap dilakukan. Mereka mengkonsumsi berbagai fauna yang didapatkan. Dan tampaknya, fauna tersebut menjadi sumber protein hewani bagi manusia yang hidup di masa lalu. Jika masyarakat sekarang terbiasa dengan sumber protein hewani berupa daging ayam, ikan, dan telur. Manusia masa lampau memiliki fauna favorit sekaligus sumber protein hewani, diantaranya kerbau, monyet, babi, rusa, jenis unggas, tikus, dan kerang.

More on this topic

Comments

Advertisment

Popular stories