Pulau Morotai adalah tanah tersembunyi di bagian utara Pulau Halmahera. Sebelah utara berbatasan dengan Filipina. Dengan luas 2.337 kilometer persegi, pulau ini menyimpan berbagai kesaksian sejarah.
Namun, pulau ini dianggap sebagai salah satu kunci untuk mengakhiri Perang Pasifik.
Nalar, Nationalarchaeology.com – Pada tahun 1944 Pendudukan Jepang mulai membangun sarana sarana pendukung di wilayah Morotai sebagai usaha dalam mempertahankan invansinya. Pada masa pendudukan tersebut, Jepang membangun sembilan landasan pesawat. Jepang mengerahkan dua batalyon untuk memperkuat pertahanan pulau. Dalam perjalanan, dua batalion mendapatkan serangan dari sekutu. Selain itu, kedua batalion ini kemudian ditarik ke Pulau Halmahera akibat landasan mengalami masalah.
Informasi tersebut kemudian sampai kepada intelejen sekutu. Hal tersebut mendorong mereka untuk memanfaatkan sekutu melakukan pendudukan. Terlebih posisi Morotai yang sangat srategis untuk menjadi basis militer. Pada bagian utara berbatasan dengan pangkalan militer Jepang di Filipina dan pada bagian selatan berbatasan dengan pangkalan militer Jepang di Halmahera.
Invasi Perebutan Pulau Murotai
Jenderal Douglas MacArthur kemudian merencanakan invasi untuk merebut Morotai. Pada tanggal 15 September menjadi hari penyerbuan. Tidak butuh waktu lama bagi pasukan gabungan Amerika Serikat dan Australia untuk menduduki pulau itu. Berkekuatan 3000 pesawat yang terdiri dari pesawat angkut, pesawat pengebom dan 63 batalyon. Jumlah pasukan sekutu yang jauh lebih banyak, memaksa Jepang untuk mundur ke Pulau Halmahera.
Meskipun perang tersebut dapat dikatakan berlangsung cukup singkat, namun meninggal berbagai tinggalan. Tentunya sisa-sisa kisah perang tersebut masih dapat disaksikan hingga hari ini. Salah satunya ialah bangkai pesawat Bristol Beuford yang tenggelam di kedalaman 40 m di lautan sebelah selatan Morotai tepatnya di Pulau Zumzum.
Handoko dkk dalam tulisan yang berjudul Perang Pasifik di Pulau Morotai : Rekontruksi Infrastruktur dan Srategi Perang, operasi dalam pendudukan pulau ini diberi nama operasi tradewind. Setekah pendudukan, pembangunan infrastruktur berjalan cepat baik infrastruktur laut maupun udara. Dalam upaya menyukseskan operasi tradewind, MacArthur membangun infrastuktur yang cukup besar. Mulai dari armydock, landasan pacu, rumah sakit dan kamp tentara. Selain itu beberapa tank, bunker dan makam tentara sekutu masih ditemukan di pulau ini.
Army dock atau dermaga tentara merupakan salah satu fasilitas yang penting dalam operasi pendudukan. Hal ini dikarenakan kondisi pantai yang buruk yang mungkin menghambat operasi pendaratan. Pembangunan Army Dock dilakukan untuk memudahkan pendaratan tank dan peralatan tempur yang lainnya.
Salah satu srategi yang paling efektif dalam keberlangsungan perang dunia dua ialah menguasai udara. Tentunya pembangunan landasan pacu menjadi suatu keharusan. Meskipun Jepang telah membangun landasan pacu, sekutu memilih membangun landasan pacu yang berskala lebih besar.
Pembangunan pangkalan militer yang cepat dianggap menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam operasi ini. Cerita tentang Morotai sebagai pangkalan militer berlanjut pada masa kemederkaan. Kisah ini berlanjut dalam operasi pembebasan Irian Barat. Morotai menjadi pangkalan militer yang penting untuk Indonesia.