Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, antara Prasejarah dan Sejarah Awal Nusantara

Related Articles

NALAR – Arkeologi Indonesia, Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia sebagai kado menyambut HUT Indonesia yang ke 80 mendapat perhatian luas. Proyek ini akan menelan anggaran 9 miliar rupiah dan digawangi 113 akademisi dan direncanakan menghasilkan 10 jilid buku. Menurut Menteri Kebudayaan RI, penulisan ini sebagai upaya untuk menemukan kembali identitas Indonesia.

Gagasan ini berangkat dari keinginan untuk memperbarui narasi sejarah nasional seiring dengan berkembangnya penelitian dan temuan ilmiah terbaru. Salah satu fokus utama dalam revisi ini adalah temuan arkeologi dan paleontologi terbaru, seperti fosilfosil Homo Erectus dan penemuan lukisan gua tertua. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang peradaban di Nusantara yang ternyata jauh lebih tua dibanding apa yag diketahui selama ini. Narasi mengenai penemuan ini kemudian akan dituangkan dalam Jilid 1 buku yang baru.

Dua buku sebelumnya menggunakan istilah “Prasejarah” untuk merujuk pada periode tersebut. Seperti yang digunakan dalam Buku Sejarah Nasional Jilid 1 “Zaman Prasejarah di Indonesia” dan Indonesia dalam Arus Sejarah menggunakan istilah serupa yakni “Prasejarah”.

Kini dalam konsep buku baru istilah tersebut diganti menjadi “Sejarah Awal Nusantara”.

Perdebatan Istilah Prasejarah dan Sejarah Awal Nusantara

Karena hal ini, terjadilah kontroversi yang terjadi dikalangan akademisi hingga masyarakat umum. Salah satunya ialah Prof Harry Simanjuntak yang awalnya didaulat menjadi Editor Jilid 1 menarik diri. Alasannya, karena prasejarah dan sejarah dua bidang keilmuan yang memiliki epistimologis, metode dan pendekatan yang berbeda. Menurutnya, kajian sejarah baru dimulai ketika masyarakat mengenal tulisan, sehingga mengganti istilah tersebut dianggap sebagai kekeliruan. Lebih lanjut, prasejarah juga merupakan istilah baku dalam ranah keilmuan yang digunakan secara global.

Disisi lain dalam pernyataannya pada RDP dengan Komisi X DPR tanggal 26 Mei 2025, Menteri Kebudayaan menyatakan bahwa istilah “early history” lebih tepat. Menurutnya, sejarah awal Indonesia dimulai sekitar 1,8 juta tahun lalu sesuai dengan usia Homo Erectus yang ditemukan di Indonesia. Ia lalu menekankan bahwa istilah “prasejarah” dianggap dapat mengacaukan sejarah Indonesia. Dikarenakan jika tetap menggunakan kata prasejarah maka sejarah Indonesia baru dimulai pada awal abad keempat merujuk pada penemuan stupa.

Di satu sisi, proyek ini diharapkan dapat memberikan informasi terbaru terkait temuan arkeologi dan paleontologi. Namun, ada kekhawatiran bahwa penulisan ulang ini dapat berpotensi menciptakan distorsi pengetahuan.

Kira-kira, apa pandangan anda?

More on this topic

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Advertisment

Popular stories