Penulis: Asrullah Djalil
Simbol Toleransi Beragama yang Terancam
Tempat ibadah yang tersebar di seluruh dunia menandai bahwa agama merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Tempat ibadah berupa bangunan yang dijadikan sebagai tempat suci dalam memuja tuhan seperti Gereja, Masjid, Pura, Vihara, Sinagoge, dll. Pengistilahan sebagai tempat yang suci dikarenakan memiliki nilai historis dan cerita yang inspiratif. Contohnya ialah Jabal al Nur (tempat Nabi menerima wahyu pertama kali), Church of the Nativity (tempat kelahiran Yesus), dan tempat-tempat lain yang disucikan bagi umat beragama lainnya.
Kota Suci Yerusalem
Rentetan peristiwa penting menjadikan Yerusalem sebagai tempat yang memiliki signifikansi nilai sejarah. Yerusalem merupakan tempat yang penting bagi umat beragama khususnya agama Kristen, Islam, serta Yahudi. Melalui temuan arkeologis dapat menjadi bukti lintasan perkembangan agama-agama besar di dunia.
Agama Islam mempercayai masjid Al-aqsa yang terletak di sebelah timur Yerusalem sebagai tempat sakral. tempat ini menjadi lokasi yang dilintasi nabi ketika naik ke langit bersama malaikat Jibril.
Agama Kristen mempercayai Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre) sebagai objek yang disucikan karena dianggap sebagai lokasi penyaliban, kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus. Selain Gereja Makam Kudus, Bukit Zaitun juga dipercaya sebagai tempat Yesus naik ke Surga setelah kebangkitannya, Ruangan perjamuan terakhir yang diyakini sebagai tempat yesus mengadakan perjamuan malam terakhir sebelum penyaliban, dan beberapa tempat di Yerusalem yang diyakini umat Nasrani sebagai tempat Suci.
Agama Yahudi percaya bahwa Haikal Sulaiman yang juga dikenal sebagai Kuil Salomo disucikan karena menjadi pusat keagamaan bagi Umat Yahudi. Haikal Sulaiman dibangun oleh Raja Solomo (Sulaiman) pada abad 10 SM. Pada tahun 586 SM kuil tersebut dihancurkan oleh pasukan Babilonia dan dibangun Kembali di tempat yang sama kemudian dihancurkan kembali oleh kekaisaran Romawi pada tahun 70 M. bangunan tersebut masih bertahan hingga sekarang yang dikenal sebagai tembok barat.
Lika-liku Tempat Suci di Yerusalem.
Pembangunan Masjid Al Aqsa berlokasi tepat pada Lokasi Kuil Salomo dan tetap mempertahankan bekas-bekas kuil yang masih bertahan salah satunya tembok Barat Atau dikenal dengan tembok ratapan bagi bangsa yahudi. Pada tahun 705-715 M dinasti Umayyah yang pimpin oleh khalifah Umayyah Abdul Malik bin Marwan membangun Masjid Al-Aqsa lebih megah dari sebelumnya.
Sekitar 300 tahun setelahnya Masjid Al-Aqsa diubah menjadi Gereja Salib atau Church of the Holy Sepulchre oleh Umat Kristen. Hal ini disebabkan oleh perang salib yang dimenangkan oleh tentara salib Kristen.
Pada tahun 1187 M Islam merebut Kembali Yerusalem dan menjadikan Gereja Salib sebagai Masjid Al-Aqsa. Pada masa Kekaisaran Ottoman, Masjid Al-Aqsa mengalami Renovasi besar-besaran. Struktur masjid yang ada hingga saat ini seperti kubah emas, dan struktur lainnya merupakan warisan dari Kekaisaran Ottoman.
Meskipun silih berganti kelompok masyarakat berbeda menjadikan kompleks yang sekarang dikenal dengan Masjid Al Aqsa sebagai tempat peribadatan, beberapa struktur seperti tembok barat atau tembok ratapan tetap dipertahankan walaupun struktur tersebut merupakan simbol agama yahudi.
Agama Islam dan Kristen tidak merobohkan tembok yang menjadi simbol agama Yahudi tersebut ketika kompleks Masjid Al-Aqsa dibawah kekuasaan mereka. Kemegahan Simbol Toleransi beragama sangat tergambar dalam perkembangan Yerusalem khususnya Kompleks masjid Al-Aqsa.
Agresi Militer Hingga Ancaman Objek Suci di Kota Yerusalem
Kemegahan Kerukunan antar Umat beragama tersebut sekarang terancam dengan agresi militer yang dilakukan Negara Israel ke Palestina. Serangan yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah sampai di beberapa Kota di Palestina, seperti Kota Gaza di sebelah barat daya yang berjarak 80 km dari kota Yerusalem, Kota Khan Younis yang berjarak 100 km dari Yerusalem, Rafah yang berjarak 120 km dari Yerusalem, Beit Hanoun dan Jabalia berjarak 70 km dari Yerusalem, serta Al Bireh dan Ramallah yang berbatasan langsung di sebelah utara Yerusalem yang berjarak hanya 15-16 km dari Kota Yerusalem.
Menurut beberapa media, selain jalur Gaza, kota-kota yang dekat dengan Yerusalem juga dibombardir habis-habisan oleh Israel, seperti Hebron, Betlehem, Ramallah, Nablus dan beberapa kota di tepi barat. Konfrontasi yang terjadi di daerah yang dekat dengan Yerusalem memberikan ancaman tersendiri terhadap kompleks Masjid Al-Aqsa.
Rudal Mortir dan serangan udara yang menghancurkan bangunan dan menimbulkan getaran, sangat rentan terhadap bangunan-bangunan di Kompleks Masjid Al-Aqsa. Serangan yang dilancarkan Israel mengancam simbol kerukunan antar Umat beragama tersebut.
Konflik yang tak berkesudahan itu seakan tak memiliki jalan keluar. PBB yang seharusnya menjadi penengah dan memiliki kewenangan untuk menyudahi masalah tersebut, seakan tak memiliki daya untuk menyelesaikan genosida yang terjadi. Jika menilik dari aspek Sejarah, perang yang terjadi antara israel dan palestina tidak lahir dari masalah agama semata.
Rentetan peristiwa penting, seperti runtuhnya Kekaisaran Ottoman, strategi pada perang dunia I, kedigdayaan negara-negara pemenang Perang Dunia, serta kebijakan negara pemenang Perang Dunia II, menyebabkan PBB tak berdaya menyelesaikan masalah Genosida yang terjadi di Palestina hingga sekarang.