NALAR – Arkeologi Indonesia, Hewan tentunya telah menjadi kawan setia dalam kehidupan manusia. Pertemuan antara manusia dan hewan merupakan salah satu faktor dalam terciptanya suatu peradaban. Hal ini dengan jelas tergambarkan pada budaya atau tradisi manusia. Mulai dari kepentingan pangan, ekonomi hingga yang sifatnya religius.
Salah satu hewan yang menjadi penanda suatu tradisi ialah kerbau. Kerbau merupakan salah satu binatang khas asli Asia, dan menjadi salah satu binatang penting dalam kebudayaan suku-suku di Asia.
Peran Kerbau pada Suku-Suku di Indonesia
Suku toraja salah satu etnis yang di Pulau Sulawesi, Indonesia memandang istimewa hewan kerbau. Keistimewaan itu bukan hanya karena dagingnya yang enak. Lebih dari itu, kerbau menjadi alat transaksi dalam perkawinan, dalam pewarisan, dalam pesta mati. Kepemilikan kerbau menjadi salah satu simbol status sosial. Laga kerbau pada pesta-pesta kematian merupakan daya tarik dan hiburan masyarakat.
Di daerah Jepara, para nelayan juga melakukan tradisi lomban , atau melarung kepala kerbau. Tradisi ini merupakan sebuah budaya lokal yang dilaksanakan pada bulan syawal atau tepatnya tujuh hari setelah lebaran. Tradisi pelarungan kepala kerbau diasumsikan oleh masyarakat sebagai simbol saling menghargai dan saling menguntungkan antara masyarakat dengan lautan. Orang Kudus juga melaksanakan tradisi yang rutin yang digelar setiap tahunnya, yaitu menanam sembelihan kerbau di sawah. Kepala kerbau, empat kaki, dan ekor disisakan dibungkus dengan kain kafan untuk ditanam di tengah sawah.
Masih di Pulau Jawa, salah satu ritual yang unikialah tradisi Nyadran di Desa Penggaron Kidul yaitu dilakukannya penyembelihan kerbau. Ritual penyembelihan yang dilakukan dalam tradisi Nyadran tersebut awal mula diadakan. Karena zaman dulu nenek moyang yang masih mempercayai adanya kepercayaan dan penyembahan kepada makhluk ghaib atau danyang.
Kerbau dipilih dikarenakan dulu mayoritas orang Jawa adalah orang Hindu-Budha dan hewan kerbau dianggap suci oleh orang Hindu-Budha. Menurut sejarah dan kepercayaan kepala kerbau karena kerbau dianggap sebagai lambang kekuatan masyarakat kecil yang luar biasa.
Tradisi Orang Jambi dengan Kerbau
Di masyarakat Marga Tanah Renah di Jambi, mereka mengenal tradisi makan jantung kerbau. Simbol jantung kerbau digunakan dalam upacara adat pengevaluasian perilaku masyarakat marga Tanah Renah selama setahun penuh. Makan jantung kerbau tersebut oleh masyarakat marga Tanah Renah dijadikan sebagai media dalam mengatasi berbagai problematika kehidupan. Jantung kerbau menjadi disimbolkan menjadi pengganti dari segala permasalahan yang ada. Keterbatasan yang dimiliki oleh manusia menjadikannya menggunakan simbol yang memungkinkan sebagai perpanjangan dari penampakan yang ilahi.
Tradisi adat dengan kerbau mempunyai perjalanan sejarah yang begitu panjang jauh sebelum kedatangan Agama Islam ke Nusantara. Kepercayaan animism dan dinamisme orang orang kerinci yang meyakini roh leluhur yang mereka sebut niniek. Sang niniek kemudian menjelma ke berbagai bentuk hewan. Penjelmaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap keseimbangan alam, entah berujung kepada hal baik atau keburukan.
Sama halnya dengan berbagai tradisi yang ada di Nusantara yang sangat erat kaitannya dengan menyimbolisasikan suatu kejadian atau fenomena. Fenomena ini dikaitkan dengan sesuatu yang dianggap dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat setempat dan alam semesta. Serta sekaligus juga mengindetitaskan suatu komunitas masyarakat tertentu dengan simbol yang digunakannya. Karena itu mitos yang mencerminkan kebudayaan juga cenderung menyampaikan pesan-pesan yang mendalam.