NALAR – Arkeologi Indonesia, Sewaktu anda belajar sejarah di sekolah, tentu anda tidak asing dengan istilah “Paleolitik”. “Paleolitik” merupakan pembagian masa kehidupan manusia dengan mengacu pada peralatan yang digunakan sekitar 2 juta tahun yang lalu.
Apa itu Paleolitik?
John Lubbuck menjadi salah seorang yang pertama kali mencetuskan istilah Paleolitik. Ia menyebutnya sebagai “Old Stone Age” yang berarti Zaman Batu Tua. Selain Lubbuck, pakar terkemuka lainnya yang banyak berbicara tentang masa paleolitik adalah Christian Jurgensen Thomsens. Kompetensi dan keahliannya tak ayal menghasilkan sebuah karya klasik dengan membagi fase kehidupan prasejarah mulai dari zaman batu, besi, dan perunggu.
Thomsens memposisikan masa paleolitik dalam zaman batu tua atau dikenal juga dengan nama “Paleolitik”. Meskipun kemudian zaman batu sendiri terbagi lagi menjadi tiga, yaitu Paleolitik, Mesolitik, dan Neolitik. Pengistilahan yang ditawarkan Thomsens memang lebih menekankan pada benda-benda yang dijadikan sebagai alat oleh manusia purba. Oleh karena itu, konsep ini lebih banyak mengacu pada model teknologi.
Batu menjadi salah satu benda alam yang dijadikan manusia sebagai peralatan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memodifikasi benda tersebut agar bisa digunakan. Terkhusus pada masa paleolitik, cara pembuatan peralatan dari batu masih sangat sederhana dengan hanya melakukan pemangkasan pada tiap sisi atau dari dua sisi batuan. Apabila telah tercipta tajaman, batuan tersebut kemudian menjelma menjadi sebuah alat yang siap untuk digunakan. Contoh jenis peralatan yang dihasilkan adalah kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, dan alat serpih.
Jika saat ini batu dijadikan pelengkap di pekarangan rumah, atau kerap digunakan sebagai bahan dalam proses pembangunan. Di masa paleolitik, peralatan dari batu dianggap sebagai instrumen utama dalam menciptakan benih kehidupan. Periode yang panjang dari zaman batu memunculkan bentuk dan jenis peralatan yang berbeda setiap masanya. Tren yang ada menunjukkan jika tingkat pengerjaan alat batu pada pasca masa paleolitik (Mesolitik hingga neolitik) terkesan lebih rumit, memiliki bentuk yang berbeda, dan lebih fungsional.
Kondisi Lingkungan Masa Paleolitik
Musim yang tidak menentu merupakan tantangan bagi manusia yang hidup di masa tersebut. Kadang terjadi banjir besar, kekeringan, terdampak letusan gunung api, dan gempa bumi. Mereka belum tahu siklus musim hujan, musim semi, musim gugur, musim panas, dan musim dingin. Tidak ada persiapan khusus dalam mengarungi musim yang melanda, namun yang terpenting kebutuhan terpenuhi dan terhindar dari bencana alam.
Memang wajar jika fenomena yang terjadi saat itu demikian. Para ahli geologi menyebutnya dengan sebutan “Pleistosen”. Pleistosen merupakan pembagian waktu geologi yang ditandai dengan gejala alam yang sering terjadi. Sewaktu-waktu akan terjadi letusan gunung api, banjir bandang maupun kekeringan, dan gempa bumi.
Garis waktu pleistosen berada dalam kurun 2,58 juta hingga 11.500 tahun yang lalu. Dalam kurun waktu tersebut tentu berkaitan dengan kehidupan fase paleolitik. Seperti yang diketahui, kehidupan manusia mulai terungkap sejak ditemukannya berbagai peralatan dari batu, fosil hewan purba, bahkan tulang manusia awal (Homo Erectus) sekitar 2 juta tahun yang lalu di Afrika.
Manusia kala itu lebih sibuk berburu dan mengumpulkan makanan. Berbanding terbalik dengan rutinitas masyarakat saat ini yang begitu beragam. Ada yang memilih sebagai seorang petani, pekerja kantoran, anak sekolahan, berdagang, buruh, akademisi, pekerja lepas (freelance), menjadi pejabat negara, dan berbagai rutinitas lainnya.
Tempat tinggal pun masih belum menentu. Tak ada bangunan megah seperti kantor, rumah bertingkat, dan tempat ibadah. Rasa aman dari ancaman binatang buas dan kehadiran sumber air dianggap cukup dalam memilih lokasi untuk menetap. Namun suatu waktu, lokasi yang semula dipilih akan ditinggalkan jika sudah tak memungkinkan.
Bukti Tertua Kehidupan Masa Paleolitik
Sejauh ini, kita masih belum bisa berpaling dari Afrika sebagai salah satu negara yang menjadi awal peradaban. Dalam kisaran 2,6 hingga 1 juta tahun yang lalu, pemasok alat batu yang dikenal dengan nama “Oldowan” berhasil ditemukan di Tanzania, Afrika Timur. Selain alat batu, juga ditemukan fosil tulang binatang. Bahkan yang paling mencengangkan ialah pengetahuan tentang keberadaan “Australopithecus” sebagai pendahulu manusia modern bermula di wilayah tersebut.
Bukan hanya “Oldowan” jejak peradaban industri alat batu tertua juga ditemukan di Kenya dan Ethiopia. Berbeda dengan yang sebelumnya, penemuan ini cenderung lebih muda yakni sekitar 1,7 juta hingga 250.000 tahun yang lalu. Penemuan alat batu tersebut lebih dikenal dengan sebutan “Industri Acheulean”. Batuan yang dipangkas dengan dua sisi kemudian menghasilkan tipe alat batu yang khas berupa kapak dan beberapa tipe alat batu lainnya yang digunakan untuk memotong atau menyerut. “Acheulian” kerap kali dikaitkan dengan kehadiran Homo Erectus dan Homo Heidelbergensis.
Perkembangan Peralatan
Pada rentang waktu 250.000 hingga 30.000 tahun yang lalu, tipe alat batu yang ditemukan lebih bervariasi. Terdiri dari alat penyerut, pisau, dan tipe alat batu lainnya yang digunakan untuk memangkas. Perkembangan yang dapat disaksikan di periode ini adalah teknik pengerjaan yang cenderung lebih banyak memodifikasi satu sumber batuan agar tercipta tipe alat yang berkualitas. Selain itu, penggunaan api serta kehadiran manusia “Homo Neanderthal” juga diperkirakan berada di periode tersebut.
Beberapa lokasi yang berada pada rentetan waktu tersebut, di antaranya, Combe Grenal, Pech de L’Aze´, Le Moustier, La Quina, dan La Ferrassie di Prancis, Krapina di Kroasia, Cueva Morin di Spanyol, Oasis Kharga di Mesir, dan beberapa lokasi lainnya yang terletak di bagian benua Afrika, Eropa, bahkan di Asia.
Waktu demi waktu yang terus berlalu seakan menerangi rentetan penemuan di masa paleolitik. Sekitar umur 40.000 hingga 10.000 tahun yang lalu, berbagai bukti kehadiran manusia kembali ditemukan di beberapa lokasi yang cukup terkenal, seperti Lascaux di Prancis, Altamira di Spanyol, Gua Kebara di Israel, Gua Mumba di Tanzania, dan berbagai situs lainnya. Benda-benda yang sekaligus menjadi penanda kehadiran manusia kala itu terdiri dari pisau yang terbuat dari batu, peralatan dari tulang, perhiasan, dan perilaku simbolis berupa penggambaran yang dilakukan pada dinding gua. Sejalan dengan itu, berbagai tinggalan yang begitu beragam tampaknya dipengaruhi oleh kemunculan manusia modern awal (Homo Sapiens).
Berbagai benda-benda bahkan bagian tulang manusia yang ditemukan pada masa paleolitik menandakan bahwa telah ada kehidupan dalam rentang waktu sekitar 2 juta hingga 10.000 tahun yang lalu. Namun seiring berjalannya waktu, perbedaan dapat dilihat dari segi peralatan maupun beberapa temuan lainnya, seperti tulang hewan, perhiasan, bahkan tulang manusia. Fenomena tersebut tentu memperlihatkan adanya variasi temuan yang diperoleh dan menggambarkan adanya perkembangan pola hidup dari mereka yang hidup di masa paleolitik. [Muh. Alif / NALAR]