Nalar – Arkeologi Indonesia– Masa Paleolitik adalah periode yang sangat panjang dalam sejarah manusia. Masa ini berlangsung dari 2 juta tahun hingga 10 ribu tahun yang lalu. Selama periode tersebut, manusia purba hidup sangat sederhana dan bergantung sepenuhnya pada alam termasuk persoalan makanan. Cara mereka memasak masih sangat terbatas dan primitif.
Manusia pada masa ini umumnya berburu hewan liar untuk mendapatkan sumber makanan mereka. Hewan-hewan besar seperti gajah dan mammoth merupakan buruan primadona bagi manusia purba. Hewan hewan seperti kerbau, babi, kuda, kuda nil, badak, jerapah juga merupakan sumber protein lain.
Kehidupan Berburu dan Meramu
Kehidupan berburu dan meramu makanan merupakan fase yang terjadi hampir di seluruh dunia. Ada banyak situs terkenal di seluruh dunia yang mengungkapkan bukti tentang cara hidup manusia pada Masa Paleolitik. Beberapa di antaranya, seperti Sangiran di Jawa Timur di Indonesia. Almitra di Spanyol, Lascaux Cave di Perancis, Oldowan di Afrika, dan masih banyak lagi.
Kehidupan pada Masa Paleolitik jelas sangat berbeda dengan kehidupan saat ini. Sumber air dan makanan yang disediakan oleh alam sangat melimpah. Pada masa itu, manusia masih menggunakan artefak batu yang besar dan primitif. Misalnya kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, dan lain sebagainya.
Seiring waktu, manusia purba mulai mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang penting untuk bertahan hidup. Mereka belajar untuk mengenali sumber makanan yang baik dan bagaimana cara mengolahnya.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa manusia purba juga mengonsumsi jenis makanan lain selain daging, seperti berbagai jenis tumbuhan liar. Temuan penelitian tersebut juga mengungkap bahwa mereka mengolah tumbuhan liar dengan teknik khusus.
Makanan Manusia Purba
Tim arkeolog yang dipimpin oleh Ceren Kabacku telah melakukan penelitian yang sangat menarik mengenai makanan manusia purba. Penelitian ini berfokus pada dua situs kuno, yaitu Franchthi Cave dan Shanidar Cave. Kedua situs ini memiliki banyak sisa-sisa temuan arkeologi yang menunjukkan pola makan manusia purba.
Franchthi Cave terletak di pantai tenggara Semenanjung Argolid, Yunani. Situs ini telah dihuni oleh manusia selama lebih dari 20.000 tahun selama periode Paleolitikum dan Neolitikum. Berdasarkan data yang dikumpulkan, manusia purba sangat bergantung alam. Berbagai jenis tanaman sebagai sumber makanan mereka, seperti rumput liar, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Hal ini menunjukkan bahwa manusia purba sangat bergantung pada sumber daya alam di sekitar mereka.
Selanjutnya, Gua Shanidar terletak di Pegunungan Zagros di Kurdistan, Irak. Situs ini juga dihuni oleh manusia selama Paleolitikum. Melalui ekskavasi yang dilakukan, peneliti menemukan bukti bahwa manusia purba juga mengonsumsi makanan dari tanaman, seperti gandum liar dan kacang-kacangan.
Selain itu, manusia purba juga terbukti sudah mengenal metode pengolahan makanan, seperti memasak dengan menggunakan api. Berkat penggunaan api, manusia purba menjadi lebih terbuka untuk mencoba berbagai jenis makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Masakan Manusia Purba
Bahkan dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa mereka telah mengalami kemajuan dalam pengolahan makanan. Mereka telah mengenal api sehingga telah mengenal metode memasak. Diduga kuat bahwa bahan-bahan dari tumbuhan tersebut diolah dengan cara direbus.
Bahan makanan tersebut tidak langsung dimasak begitu saja. Namun, melalui proses yang hampir sama dengan yang manusia modern lakukan. Seperti mencuci bahan, menggiling, dan menghaluskan bahan-bahan tersebut. Mereka melakukan proses itu untuk mematikan bakteri dan patogen dalam makanan yang mungkin beracun bagi tubuh. Selain itu, juga berguna untuk membuat makanan lebih empuk dan nikmat serta meningkatkan nutrisinya.
Seiring berjalannya waktu, manusia purba telah mampu beradaptasi dengan lingkungan. Mereka memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk memaksimalkan asupan nutrisi mereka. Kemajuan dalam teknologi memasak, seperti penggunaan api, telah memberikan perubahan signifikan dalam cara manusia memperoleh dan memproses makanan mereka.
REFERENSI
Agam & Barkai (2018). Elephant and mammoth hunting during the Paleolithic A Review of the Relevant Archaeological, Ethnographic and Ethno-Historical Records. Quaternary 1(1). https://doi.org/10.3390/quat1010003
DomÃnguez-Rodrigo, M., Bunn, H. T., Mabulla, A. Z., Baquedano, E., Uribelarrea, D., Pérez-González, A., … & Ansón, M. (2014). On meat eating and human evolution: A taphonomic analysis of BK4b. (Upper Bed II, Olduvai Gorge, Tanzania), and its bearing on hominin megafaunal consumption. Quaternary International, 322, 129-152.
Kabukcu, C., Hunt, C., Hill, E., Pomeroy, E., Reynolds, T., Barker, G., & Asouti, E. (2023). Cooking in caves: Palaeolithic carbonised plant food remains from Franchthi and Shanidar. Antiquity, 97(391), 12-28.
(Sumber Gambar : Kabucku. et.al, 2023)