Sebagai penjajah, Belanda tidak hanya memperoleh uang dari rempah-rempah, tetapi juga dari opium”
Ewald Vanvugt
NALAR – Arkeologi Indonesia, Begitulah kalimat pembuka dari tulisan Ewald Vanvugt. Belanda meraup untung besar dari perdagangan opium dan merugikan rakyat Indonesia dengan memperdagangkan candu yang sangat adiktif itu.
Opium adalah bahan narkotika yang diproduksi dari getah dari tanaman poppy (mawar opium). Zat aktif utama dalam opium adalah alkaloid morfin, yang merupakan bahan utama dalam produksi obat penghilang rasa sakit.
Masuknya Opium di Indonesia
Di Indonesia, opium mulai beredar pada kisaran abad ke-17, termasuk di Pulau Jawa. Pada saat itulah Belanda mulai mengimpor opium ke daerah-daerah yang mereka kuasai. Pada awalnya, opium hanya digunakan sebagai obat pereda nyeri, terbatas pada kalangan elit saja. Namun, seiring berjalannya waktu, opium dikomersialkan dan dijual kepada masyarakat umum.
Belanda mulai membudidayakan opium secara besar-besaran di Hindia Belanda ada tahun 1830. Meningkatnya permintaan opium di pasar dunia meningkatkan produksi opium di Hindia Belanda. Selama periode ini, Belanda mendapat untung besar dari perdagangan opium dan mendominasi pasar dunia.
Saat itu, perdagangan opium di Indonesia dikelola oleh sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 1895 bernama Nederlandsch-Indische Opiumregie (NIO). NIO bertanggung jawab mengelola produksi, pengolahan, dan penjualan opium di Indonesia.
Perdagangan opium menjadi sumber pendapatan utama Belanda di Hindia Belanda. Perdagangan itu meraup keuntungan bersih lebih dari 60 juta gulden pada tahun 1912. Hasil dari perdagangan ini untuk membiayai tentara kolonial penaklukan dan pendudukan.
Pada tahun 1904 pemerintah membangun pabrik opium yang cukup besar di distrik Keramat (Weltevreden) Batavia, lengkap dengan jalur kereta api ke pelabuhan untuk mengantarkan gerobak penuh kotak berisi bola-bola opium yang dibungkus daun
Ewald Vanvugt
Ewald Vanvugt mengutip dalam artikel berbahasa belanda Nederland runde eeuwenlang een drugskartel (en betaalde er zijn oorlogen mee).
Penjualan dan Dampak Opium Bagi Pribumi
Meskipun opium menjadi sumber keuntungan besar bagi Belanda, namun efeknya sangat merugikan rakyat Indonesia. Opium sangat adiktif dan konsumsi berlebihan dapat menyebabkan bahaya kesehatan dan sosial yang serius.
Selain itu Belanda tidak hanya menjual opium kepada masyarakat umum. Tetapi juga mendorong para petani untuk membudidayakan opium sebagai sumber pendapatan, sehingga meningkatkan permintaan dan produksi opium di Indonesia.

Perdagangan opium Indonesia berdampak sangat buruk bagi masyarakat Indonesia. Penggunaan opium bersifat adiktif dan memiliki konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi yang serius. Banyak orang yang kecanduan opium tidak mampu mengatasi kecanduannya dan hidup dalam kemiskinan dan ketidakstabilan.
Beberapa bukti arkeologis yang dapat disaksikan hingga hari ini. Misalnya bangunan peninggalan masa lalu juga memberikan bukti tentang bisnis opium di Indonesia. Contohnya adalah Gedung Otomobiel Maatschappij (GOM) di Kota Bogor, Jawa Barat yang diperkirakan sebagai tempat produksi opium di masa kolonial.
Pengendalian Opium di Masa Kolonial
Dokumen sejarah seperti laporan pemerintah kolonial dan buku harian resmi. Dokumen itu membahas mengenai perdagangan opium juga menjadi bukti arkeologis tentang bisnis opium di Indonesia. Dokumen-dokumen ini memberikan informasi tentang volume perdagangan opium. Peraturan-peraturan yang dibuat untuk pengelolaan bisnis opium, serta reaksi masyarakat lokal terhadap kebijakan pemerintah kolonial terkait bisnis opium. Salah satu peraturan yang dibuat ialah Opium Act 1919.

Opium Act 1919 merupakan undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada masa penjajahan di Indonesia. Tujuannya untuk mengendalikan peredaran dan penggunaan opium di Indonesia. Undang-undang ini diadopsi dari Opium Act yang telah dikeluarkan oleh pemerintah kolonial di India.
Opium Act 1919 bertujuan untuk mengendalikan penyebaran kecanduan opium di masyarakat dan menekan kejahatan yang terkait dengan peredaran narkotika. Namun dalam keberjalanannya, banyak tantangan yang dihadapi.
Abdul Wahid yang berjudul Madat makan orang’. opium eats people: Opium addiction as a public health issue in late colonial Java, 1900–1940. Pemerintah kolonial telah melakukan upaya. Pemerintah Belanda mencoba untuk mengurangi konsumsi opium dengan mengurangi impor opium dan memperkenalkan obat-obatan lain yang lebih aman. Namun, upaya ini tidak efektif karena opium masih tersedia secara ilegal dan pemerintah tidak mampu mengontrolnya.
Secara keseluruhan, bisnis opium di Indonesia merupakan bagian dari sejarah yang cukup panjang dan berdampak besar pada masyarakat. Meskipun bisnis opium telah berakhir di Indonesia, warisan dari bisnis opium tersebut masih dapat dilihat dan dirasakan hingga saat ini.