Palindo-Tadulako Saudara Jauh Patung Moai di Lore-Lindu

Related Articles

NALAR – Arkeologi Indonesia, 🗿 emot yang anda lihat sebelumnya mungkin bukan pertama kalinya anda lihat. Itu merupakan foto dari salah satu objek arkeologi dari era megalitik’ yang paling terkenal dari dunia. Ya, itu adalah Patung Moai dari Pulau Paskah yang terletak di timur jauh, dikelilingi oleh samudra pasifik. Pulau ini ditemukan oleh seorang penjelajah berkebangsaan Belanda, Jacob Roggeveen tepat di Hari Paskah tahun 1722.

Kalaupun anda tidak pernah melihatnya dalam bentuk foto, mungkin anda pernah menggunakannya sebagai emot dalam chating dengan teman anda ataupun postingan di media sosial. Emot ini digunakan untuk menambahkan kesan ekspresif dalam setiap percakapan. Tapi yang Moai paling sering dijumpai pada postingan-postingan humoris. Ataupun ketika seseorang sedang bingung untuk menyampaikan komentarnya.

Apa itu Patung Moai?

Patung-patung ini digambarkan dengan tegak, seperti manusia yang sedang berdiri. Mereka ditempatkan diatas batu yang disebut Ahu. Patung ini kerapkali hanya digambarkan dari bagian kepala saja, padahal memiliki bagian tubuh hingga pinggang. Memiliki bentuk kepala dan wajah yang sangat khas, yakni berkepala panjang dan rahang yang menonjol. Detail wajah cukup sederhana namun kita masih dapat mengindentifikasi bagian mata, mulut hidung dan mata serta rahang yang menonjol. Ketika diperhatikan secara seksama, ekspresinya cukup tenang maupun serius.

Ada kurang lebih Patung Moai di Pulau Paskah, dimana sekitar 400 diantara belum jadi. Dibentuk dari batu-batu yang berukuran besar dan satu patung ditaksir memiliki berat hingga 80 ton. Tingginya cukup beragam bahkan ada yang sampai 10 meter. Patung ini dibuat dari batuan vulkanik atau hasil letusan batu vulkanik yang berukuran besar. Kapan patung ini dibuat? Sampai saat ini arkeolog menyakini Moai dibentuk pada abad 13-16 Masehi. Orang-orang yang membuatnya masih menjadi tanda tanya hingga hari ini.

Lalu mengapa Moai dibuat? pertanyaan ini merupakan salah satu dari berbagai misteri yang sulit dipecahkan dari patung ini. Sejauh ini, lebih banyak silang pendapat dari para ahli dari pada kesepahaman. Salah satu yang paling terkenal ialah pemujaan terhadap leluhur. Moai dianggap sebagai perwujudan dari leluhur orang Rapa Nui. Patung ini dibuat dengan tujuan menghormati mereka yang memiliki kekuatan gaib untuk melindungi kelompok mereka.

“Saudara Jauh” Patung Moai di Jantung Sulawesi

Moai memang menjadi temuan spektakuler bagi para arkeolog hingga hari ini. Namun tahukah anda bahwa ia memiliki saudara jauh yang dijumpai di Indonesia. Saudara jauh ini dijumpai di suatu daratan yang dikelilingi oleh pengunungan. Tepatnya di lokasi di tengah-tengah Pulau Sulawesi yang disebut Lore Lindu – Rampi.

Para peneliti setidaknya mengelompokkan patung-patung tersebut menjadi empat kelompok besar. Mereka dikelompokkan berdasarkan lembah mereka ditempati. Diantara Lembah Behoa, Lembah Napu, dan Lembah Bada serta Lembah Rampi.

Bentuknyapun tidak persis sama satu sama lain, namun memiliki kemiripan yang tinggi. Ada yang berdiri tegak dan ditampilkan setengah badan mulai dari bagian pinggang hingga kepala. Adapula yang “tertidur” dan terkubur di tanah. Diyakini puluhan atau bahkan ratusan patung-patung batu yang dijumpai di lokasi ini. Bahkan jumlah tersebut berpeluang bertambah banyak seiring penelitian massifnya yang dilaksanakan.      

Tadulako dan Palindo yang Tersohor

Diantara puluhan patung-patung tersebut, ada beberapa “nama-nama” yang cukup terkenal dari kawasan ini. Sebut saja arca Tadulako yang terletak Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso. Berada pada suatu dataran tinggi yang berada pada ketinggian 1.233 mdpl. Arca Tadulako atau masyarakat lokal menyebutnya dengan nama buleli dengan tinggi 168 cm dan lebar 60cm.

Patung Palindo (Adrianus Dipo)

 Ia menghadap ke utara, dengan wajah yang cukup lebar, bermata dua, memiliki hidung dan telinga yang lengkap, dua tangan, dan pada bagian bawahnya dipahat alat kelamin laki-laki.  Konon, arca ini merupakan seorang panglima perang. Namun, karena suatu kesalahan, ia dikutuk menjadi batu.

Lain halnya dengan arca Palindo, ia tidak lagi berdiri tegak. Namun miring ke ke sisi kiri. Bentuk Arca cukup detail dan dilengkapi dengan wajah yang cukup jelas. Bentuk kepalanya oval dan pada bagian atasnya ada motif penutup kepala. Kedua tangan Arca tersebut kemudian dibentuk dengan tangan memeluk perut. Tepat dibagian bawah perut masih terdapat sebuah bentuk pahatan yang berbentuk kelamin laki-laki.

Lalu kapan kapan wilayah ini dihuni? Jawabannya mungkin dapat dilihat dari analisis jejak karbon yang dilakukan di dua wilayah ini. Pada tahun 2018, sekelompok peneliti berhasil mengungkap jejak kisaran ±2.500. Sedangkan kawasan Rampi telah dihuni pada kisaran usia 2500-250 tahun yang lalu.

Apa yang telah terjadi dikawasan ini telah memberikan gambaran bahwa masyarakat Nusantara telah memiliki kemampuan yang amat tinggi. Nenek moyang kita telah mampu membuat patung-patung batu yang sangat besar dan berton-ton beratnya.

More on this topic

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Advertisment

Popular stories