Geliat Revolusi Ekologis dan Asal-Usul Tangan Manusia

Related Articles

Penulis: Muhammad Agang

National archaeology – Arkeologi Indonesia – Geliat revolusi adalah sebuah istilah yang menggambarkan momentum atau dorongan yang kuat menuju perubahan signifikan dalam suatu bidang atau area tertentu. Dalam konteks “revolusi ekologis”, geliat revolusi merujuk pada peningkatan kesadaran dan tindakan yang terjadi di tingkat global dalam hal melindungi lingkungan dan memperbaiki kerusakan ekologis yang telah terjadi.

Adapun asal-usul tangan manusia adalah topik yang luas dan kompleks dalam evolusi manusia. Secara umum, evolusi tangan manusia bisa ditelusuri kembali ke nenek moyang kita yang paling awal, yang mengalami perubahan anatomi yang memungkinkan manipulasi objek dan alat. Tangan manusia telah mengalami adaptasi untuk memungkinkan kegiatan seperti memanjat, menggenggam, dan membuat alat, yang semuanya memberikan keunggulan evolusioner yang penting bagi manusia prasejarah dalam bertahan hidup dan berkembang.

Asal-Usul Tangan Manusia

Hingga saat ini, banyak sekali orang mempertentangkan siapa manusia pertama di muka bumi ini. Kaum agamawi pastinya mengakui seutuhnya bahwa Adam adalah manusia pertama di muka bumi ini. Namun beberapa dari kalangan ilmuwan meyakini bahwa kera adalah asal muasal manusia itu sendiri. Tulisan ini memuat pandangan tentang bagaimana manusia masa lampau beradaptasi dengan lingkungannya lewat hasil karya Dede Mulyanto ”Marxisme dan Evolusi Manusia”.

Dalam karyanya, banyak menggunakan teori Engels menuliskan bahwa, tangan manusia bukan sekadar organ tubuh, tetapi perwujudan anatomis dari kerja.  Lewat tangan manusia sendiri manusia dapat melakukan peran dalam suatu pekerjaan.  Tangan berperan penting dalam kehidupan manusia dalam praktik dan mengubah alam untuk bertahan hidup.
Dalam buku “Marxisme dan Evolusi Manusia” karya Dede Mulyanto, penulis memberikan gagasan bahwa tangan manusia bukanlah organ yang sudah ada sejak awal, melainkan memiliki asal-usul dari perjalanan yang panjang.

Gejolak muka Bumi

Di dalam teori Engles menegaskan bahwa transisi dari kera ke manusia adalah bipedalisme. Bipedalisme merupakan transisi penting ke arah manusia dari bergerak menggunakan 4 kaki hingga 2 kaki. Dalam hipotesis Engels, transisi ini dipaksa terjadi oleh perubahan ekologis yang drastis. Perubahan yang signifikan yang menjadi pembeda manusia dengan kera didasari oleh prakondisi yang berkaitan dengan tekanan ekologis. Sederhananya, setelah perubahan lingkungan yang signifikan, memaksa kera tertentu untuk beradaptasi dengan bipedalisme hingga memperkembangkan spesialisasi tangan.

Pada akhir Kala Miosen, aktivitas geologis di Afrika Timur mengakibatkan terbentuknya Lembah Retakan Besar. Hal ini dipengaruhi dari hasil dari pergerakan tektonik yang menarik satu sisi dan mendorong bebatuan di sisi lainnya, menghasilkan bentangan geografis yang signifikan.

Peristiwa ini berdampak tidak hanya pada bentuk permukaan bumi di Afrika Timur, tetapi juga pada iklim global. Terjadi perluasan lapisan es di kutub, yang mencakup wilayah selatan Amerika Selatan, Alaska, Kanada, dan Eropa Utara. Fenomena ini menyebabkan penurunan tingkat permukaan air laut dan memunculkan daratan baru.

Daratan-daratan baru muncul membentuk jembatan penghubung Afrika dan Eropa, Asia dan Amerika, Inggris dan Eropa Daratan yang sebelumnya terpisah. Laut Tengah kering sepenuhnya. Begitu pula iklim di khatulistiwa. Akibatnya, gurun terbentuk di bentang alam yang sulit dan harus mengubah banyak hal yang mereka warisi dari leluhur keranya.

Perubahan lingkungan ini memaksa hominin, kerabat awal manusia, untuk beradaptasi dengan kondisi baru. Mereka meninggalkan ketergantungan pada pepohonan dan mulai bergerak lebih banyak di daratan terbuka. Hal ini dimaksudkan  memicu evolusi berjalan dengan dua kaki, sebuah karakteristik penting dari manusia modern.

Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bagaimana interaksi antara perubahan geologis dan iklim membentuk evolusi spesies, termasuk hominin, yang pada akhirnya membawa kepada kemunculan manusia modern.

Perbedaan Manusia dan Primata

Meski telah beradaptasi dengan lingkungan baru, struktur tangan hominin pra-Homo masih menunjukkan kemiripan dengan simpanse, menunjukkan warisan genetik bersama dari leluhur yang hidup sebelum 8 juta tahun yang lalu.

Perbedaan kuantitatif cukup penting secara evolusioner Simpanse dan Australopithecus, misalnya, memiliki ibu jari yang telah berkembang kemungkinan untuk menggenggam benda. Ibu jari berseberangan dengan jemari lainnya. Namun pada simpanse ibu jarinya lebih gemuk dan rapat dengan telunjuk. Mereka tidak dapat mempertemukan ujung ibu jari dan ujung telunjuk. Sementara itu australopithecus sudah menunjukkan anatomi jari yang sepenuhnya manusia. Ibu jarinya lebih panjang sehingga dapat dilekatkan dengan telunjuk. Ciri anatomi ini memungkinkan leluhur manusia dapat menggenggam benda-benda lebih erat dibanding simpanse.

Dari sinilah kiranya perjalanan evolusi tangan manusia dimulai. Perbedaan kecil ini menjadi langkah awal perbedaan antara manusia dan kera. Ada lompatan dialektis di sini. Lompatan itu, dalam kerangka teori Engels, terkait dengan tekanan ekologis yang memaksa leluhur manusia mengembangkan perilakunya setelah berjuta tahun.

More on this topic

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Advertisment

Popular stories