Kepulauan Maluku terletak di tengah-tengah jalur perdagangan dunia. Dan juga didukung oleh iklim tropis yang memungkinkan datangnya para pedagang dari Eropa dan Tiongkok. Setiap setengah tahun angin berubah arahnya 180 derajat sehingga mempermudah pelayaran dalam perjalanan maritim ke Maluku dan kembali ke negaranya.
Perahu dan kapal-kapal pengangkut barang-barang komoditi perdagangan menyinggahi pelabuhan-pelabuhan dan bandar-bandar niaga yang berada di perairan Maluku. Tipe-tipe bandar niaga ini juga sangat berperan penting dalam sejarah perdagangan maritim, antara lain bandar Hitu yang merupakan bandar utama di Maluku Tengah.
Rempah-rempah adalah faktor utama daya tarik di Maluku. Bagi para pedagang antar bangsa, dan bagi orang-orang barat Maluku dijuluki (The Spice Islands ) Kepulauan Rempah-Rempah.
Hitu muncul sebagal bandar utama di Maluku Tengah sekitar abad ke 16, bersamaan dengan meluasnya penanaman cengkeh di wilayah itu, terutama di perairan Hoamual di Seram Barat. Perluasan wilayah penanaman cengkeh ini ada kaitannya dengan perluasan kekuasaan Ternate di wilayah.
Kedudukan istimewa Hitu disebabkan adanya hubungan dengan Jepara di Jawa. Hubungan ini dibina oleh Jamilu dan turunannya yang disebut sebagal keluarga Perdana Nusatapi. Dalam “Hikayat Tanah Hitu” beberapa kali diceritakan mengenai pelayaran Jamilu dan sanak keluarganya ke Jepara untuk mengadakan perdagangan dan pelayaran.
Sejak awal abad ke-16 Hitu menjadi pelabuhan utama dari pelabuhan-pelabuhan lainnya di Seram Timur kepulauan Seram dan Gorong.
Pada abad Ke-17 Hitu mulai kehilangan posisinya sebagai bandar utama di Maluku Tengah setelah VOC berhasil menduduki benteng Portugis di Kota Laha yang kemudian dinamakan Ambon.
Pola Perdagangan Bandar-bandar Niaga di Maluku Utara
Wilayah lain penghasil rempah-rempah adalah Maluku Utara dan Maluku Tenggara. Sistem bandar dikedua wilayah inipun jauh lebih besar sebelum munculnya Hitu sebagai bandar niaga di Maluku Tengah.
Rempah-rempah yang dihasilkan dimaluku utara adalah cengkeh sedangkan Pala yang terbaik berasal dari kepulauan Banda. Pola perdagangan dari bandar di kedua
wilayah ini tidak jauh berbeda dengan pola di Maluku Tengah. Berbagai bandar niaga yang telah ada kemudian memusat pada Salah satu.
Maluku Utara dikenal dengan empat bandar niaga utama yaitu Jailolo, Bacan, Tidore dan Ternate. Keempat bandar niaga itu masing-masing terkait dengan sejumlah bandar lainnya di wilayah lainnya.
1. Tidore menjadi pusat dari bandar-bandar kecil disebelah timur yaitu Halmahera Timur, kepulauan Raja Empat dan pesisir Irian Barat.
2. Ternate menjangkau ke barat yaitu kepulauan Banggai, pesisir Sulawesi Timur, bahkan ke Sulawesi Utara.
3. Jailolo mencakup pesisir barat Halmahera hingga abad ke 17.
4. Sedangkan Bacan dalam masa ini hanya mencakup pulau Bacan saja.
Demikian pula kepulauan Banda yang muncul pada abad ke-14. Berbagai pulau di wilayah ini menghasilkan pala dengan kualitas yang baik. Namun di wilayah ini tidak sempat muncul sistem kekuasaan yang luas seperti di Maluku Utara dan sistem pemerintahannya mirip dengan di Hitu.
Kehancuran Bandar-Bandar oleh VOC
Bandar-bandar niaga sistem konvensional tersebut bertahan hingga pertengahan abad ke-17. Bahkan Portugis yang berada di wilayah itu selama hampir seratus tahun tidak berhasil merubahnya.
Munculnya VOC baik di Hitu maupun di Maluku Utara mengakibatkan persaingan dagang antara Belanda dan Portugis. Hitu dan Ternate yang pernah meminta bantuan VOC untuk melawan Portugis namun imbalannya dengan memonopoli rempah-rempah. Yang membuat Hitu mengadakan perlawanan yang cukup lama hingga pertengahan abad ke-17, namun VOC berhasil menguasai Hitu dan menghancurkan bandar-bandar niaga diseluruh kepulauan Maluku.
Kedudukan VOC di wilayah ini mengubah pola bandar niaga yang telah ada sebelumnya. Bandar niaga Ternate yang sebelumnya berada di sebelah barat pulau Ternate ditinggalkan, dan keraton Sultan dipindahkan ke lokasi baru dekat benteng VOC sebelah timur pulau Ternate. Demikian pula Hitu menghilang dan digantikan oleh kota Ambon yang selama menghilang digantikan dengan Banda Neira.