
(U.S. National Archives and Records Administration)
PERTEMPURAN DI SANSAPOR, KEPALA BURUNG PAPUA
Perang Dunia Kedua tidak hanya berkecamuk di daratan Eropa, tetapi juga di perairan dan kepulauan Pasifik. Salah satu wilayah yang menjadi saksi bisu pertempuran sengit adalah Papua, yang pada saat itu menjadi arena strategis bagi pasukan Sekutu dan Jepang. Hingga kini, sisa-sisa perang masih dapat ditemukan, menjadi bagian dari warisan sejarah yang berharga.
(US Army)
Pertempuran di Pasifik dan Peran Papua
Papua yang terkenal dengan keindahan alamnya, tempat dimana pepohonan menjulang tinggi dan suara burung cendrawasih berkicau merdu. Di balik keindahan alam itu, tersembunyi peninggalan masa lalu yang memiliki sejarah kelam. Tank-tank berkarat, bekas landasan pesawat, dan tugu-tugu yang menjadi penanda wilayah papua memiliki peran penting dalam perang dunia II.
Dimulai pada tahun 1941, Jepang melancarkan serangan ke Pearl Harbor, menandai dimulainya Perang Pasifik. Tak lama setelah itu, mereka menguasai berbagai wilayah di Asia Tenggara dan Pasifik, termasuk Papua. Wilayah ini menjadi penting bagi Jepang sebagai pangkalan untuk memperluas kekuasaannya dan mempertahankan jalur suplai mereka.
Sekutu, terutama Amerika Serikat dan Australia, segera merancang strategi untuk merebut kembali Papua. Salah satu pertempuran terbesar terjadi di Teluk Milne dan Buna-Gona pada tahun 1942-1943. Dengan medan yang berat, hutan lebat, dan kondisi cuaca ekstrem, perang di Papua menjadi salah satu yang paling brutal dalam sejarah Perang Dunia II.
Operasi Sansapor: Kunci Strategi Sekutu
Setelah merebut Pulau Noemfoor, Jenderal Douglas MacArthur mengarahkan serangan ke Semenanjung Vogelkop (sekarang Bird’s Head Peninsula), benteng terakhir Jepang di Nugini. Pada 30 Juli 1944, Pasukan Sekutu mendarat di Sansapor dan Tanjung Opmarai tanpa perlawanan berarti. Lokasi ini dipilih karena minimnya kehadiran pasukan Jepang, sehingga memungkinkan Sekutu untuk segera membangun infrastruktur militer tanpa hambatan besar. Hal ini merupakan sebuah strategi “island hopping” yang bertujuan untuk mendekati wilayah inti Jepang dengan menguasai titik-titik strategis di Pasifik Barat Daya. Gelombang pertama pasukan Sekutu mendarat sekitar dua belas mil sebelah timur Sansapor mengakibatkan 15.000 tentara Jepang terkepung dan terisolasi di Manokwari.
(Naval History and Heritage Command)
Sementara itu, pembangunan lapangan udara di Mar dan Pulau Middelburg berjalan dengan cepat, memungkinkan Sekutu untuk mengisolasi pasukan Jepang yang tersisa di Manokwari dan Sorong. Penaklukan Sansapor menandai akhir dari Kampanye Nugini dan mempercepat pergerakan Sekutu menuju Filipina.


(Jeffrey Ethell Collection)
Benda Perang yang Masih Bertahan
Hingga saat ini, sisa-sisa Perang Dunia II masih dapat ditemukan di berbagai wilayah Papua, termasuk Kabupaten Tambrauw. Inventarisasi terbaru menunjukkan adanya beberapa peninggalan sejarah yang menarik, di antaranya:
- Kendaraan tempur berupa tank-tank amfibi yang ditinggalkan oleh tentara Sekutu berada di dalam hutan rimba, sehingga sulit dipindahkan dan tetap berada di lokasi aslinya hingga kini. Tank-tank ini dulunya digunakan untuk mendukung operasi militer, tetapi kini terbengkalai dan tertutup tumbuhan liar.
(Balai Pelestarian Kebudayaan XXIII, 2024)
- Bekas Landasan Pesawat di Werur dan Pulau Middelburg
Dibangun oleh Sekutu pada Agustus 1944, lapangan udara ini menjadi titik penting bagi operasi militer di Pasifik Barat Daya. Landasan ini dahulu menjadi pusat logistik penting bagi Sekutu. Bandara Werur masih digunakan digunakan hingga saat ini sebagai Bandara Mar. Dikenal juga sebagai Bandara Werur atau Bandar Udara Werur. Dengan kode bandara: ICAO: WAJY. Dan untuk landasan pacu di pulau Middelburg saat ini sudah tidak digunakan lagi dan ditumbuhi oleh vegetasi.
(Scottygraham, 2022)
- Tugu Jepang
Sebuah monumen didirikan untuk mengenang prajurit Jepang yang gugur dalam pertempuran. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat, para prajurit ini dimakamkan secara massal di sekitar kawasan ini.
- Bangkai Kendaraan di Perairan Pulau Amsterdam
Sisa kapal pendarat Sekutu ditemukan di kedalaman sekitar 20an meter di sekitar pesisir Pulau Amsterdam, menjadi saksi bisu pertempuran laut yang terjadi di sekitar Sansapor.
(Scottygraham, 2022)
Merawat Sejarah untuk Masa Depan
Warisan Perang Dunia II di bagian Kepala Burung Papua bukan sekadar peninggalan biasa, tetapi memiliki nilai historis yang penting. Sayangnya, banyak dari benda dan situs ini kurang mendapatkan perhatian dan perawatan yang memadai. Masyarakat setempat masih memiliki keterbatasan dalam memahami pentingnya peninggalan ini sebagai bagian dari sejarah global.
Upaya pelestarian dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengembangkan pariwisata sejarah, mendokumentasikan peninggalan perang, serta mengedukasi masyarakat tentang nilai historis situs-situs ini. Pemerintah daerah dan komunitas sejarah juga memiliki peran penting dalam menjaga warisan ini agar tidak hilang ditelan waktu.
Perang Dunia Kedua di Pasifik meninggalkan jejak mendalam di Papua. Dari tank-tank yang berkarat di tengah hutan hingga landasan pesawat yang kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat, semua ini merupakan bukti nyata dari peristiwa besar yang pernah terjadi di wilayah ini. Penelitian dan dokumentasi lebih lanjut terhadap peninggalan ini sangat penting agar generasi mendatang dapat belajar dari masa lalu dan menghargai nilai sejarah yang ada.
Referensi:
Allied Forces. South West Pacific Area. Allied Geographical Section. (1944). Sorong area. Retrieved January 22, 2025, from http://nla.gov.au/nla.obj-3460934235
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXIII. (2024). Laporan inventarisasi warisan budaya di Tambrauw. Manokwari, Papua Barat.
HyperWar Foundation. (n.d.). USCG VI-Pacific Report on Sansapor Operations.
MacArthur, D. (1994). Reports of General MacArthur. Washington, DC: Center for Military History.
National Geographic. (2024). Balada peninggalan Perang Dunia II di Tambrauw.
Pacific Wrecks. (2023). Middleburg Airfield and WWII relics.
Parera, A.M.F., Usmany, D.P., Saberia, & Sinaga, R. (2013). Sausapor: Saksi Sejarah Perang Dunia II di Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Yogyakarta: Kepel Press.WW2Aircraft.net. (n.d.). Sansapor Mar Airfield – New Guinea WW2 [Online forum post]. Retrieved January 23, 2025, from https://ww2aircraft.net/forum/threads/sansapor-mar-airfield-new-guinea-ww2.56833/#post-1723254