Syekh Jumaidil Kubro: Tokoh Penting dalam Awal Islamisasi Sulsel

Related Articles

Oleh: Nur Azizah Nasir

NALAR – Arkeologi Indonesia – Sejarah perjalanan islamisasi di Sulawesi Selatan tidak lepas dari peran penting Tellu Datu (Tiga Datuk). Tellu Datu tersebut adalah Datu Pattimang, Datu Ri Bandang, dan Datu Ri Tiro. Akan tetapi, temuan arkeologis dan historis menunjukan bahwa terdapat sosok yang lebih dulu menyebarkan agama Islam di Tanah Bugis sebelum kedatangan Tellu Datu. Adalah Syekh Jamaluddin Akbar Al-Husaini atau dikenal sebagai Syekh Jumaidil Kubro, sosok pertama kali yang datang membawa Islam ke Sulawesi Selatan.

Sejarah Hidup Syekh Jamaluddin Akbar Al-Husaini

Syekh Jamaluddin Akbar Al-Husaini
(Foto: dok, celebesmedi.id)

Syekh Jamaluddin Akbar Al Husaini atau dikenal dengan Syekh Jumaidil Kubro merupakan salah seorang penyiar islam yang memiliki riwayat dakwah di Nusantara terutama di wilayah Jawa dan Sulawesi. Beliau lahir pada tahun 1310 di negeri Malabar, yaitu sebuah negeri yang berada dalam wilayah Kesultanan Delhi.

Pada saat itu, ayah beliau, Ahmad Syah Jalaluddin merupakan Gubernur Malabar. Syekh Jumaidil Kubro juga merupakan salah satu keturunan generasi keenam dari Nabi Muhammad SAW. Syekh Jumaidil Kubro juga pernah menjabat sebagai sultan keempat dalam Kesultanan Islam di Nasarabad India Lama. Setelah masa jabatannya berakhir, beliau mulai menyebarkan Islam ke berbagai belahan dunia. Perjalanannya dimulai dari wilayah Kamboja hingga ke Tanah Jawa.

Perjalanan Dakwah Syekh Jumaidil Kubro

Berbekal keteguhan dan kebulatan tekad dalam menegakkan dan mengenalkan ajaran Islam, Syekh Jumaidil Kubro menjelajahi wilayah-wilayah Nusantara untuk menyebarkan ajaran Islam serta mendirikan pesantren-pesantren, salah satunya di Jawa. Setelah sukses dalam misi di Tanah Jawa, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi Selatan, tepatnya di wilayah Wajo.

Syekh Sayyid Jamaluddin Akbar al-Husaini (Foto: dok, Historia.id)

Beliau bersama rombongannya yang berjumlah 15 orang melakukan perjalanan dari Aceh ke Majapahit. Kemudian, beliau melanjutkan misi penyebaran Islam ke Sulawesi Selatan, yaitu menuju ke Tanah Wajo. Beliau dan rombongannya tiba di Wajo melalui Pelabuhan Bojo Nepo, Kabupaten Barru. Sesampainya di Wajo, misi pertama Syekh Jamaluddin adalah mengislamkan salah seorang Raja Bugis yang Bernama Lamaddusila.

Islamisasi di Wajo Melalui Syekh Jumaidil Kubro

Hadirnya islam di Wajo yang dibawa oleh Syekh Jumaidil Kubro diperkirakan terjadi pada tahun 1320. Pada saat itu, Kerajaan Wajo belum resmi terbentuk. Bahkan hingga tahun 1399 yang ditandai dengan pelantikan Arung Matowa Wajo yang pertama Bernama La Tenri Bali pada tahun 1399. Artinya, Islam sudah ada di Sulawesi Selatan sejak abad ke-14. Meskipun Islam tidak secara resmi menjadi agama kerajaan, sudah terdapat individu-individu yang mengenal dan memeluk islam terlebih dulu. Selain aktivitas penyebaran Islam oleh Syekh Jumaidil Kubro, terdapat alasan lain penduduk Wajo lebih dulu mengenal Islam. Penduduk Wajo banyak dikenal sebagai pedagang antar wilayah. Dengan kondisi sosial tersebut, mereka banyak berinteraksi dengan pedagang-pedagang muslim yang kemudian agama Islam menjadi agama yang dipegang secara perorangan.

Islam di Sulawesi Selatan sendiri secara resmi disahkan sebagai agama yang harus dipeluk oleh kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut, yaitu pada abad ke 17 tepatnya 22 September 1605. Hal tersebut diawali dengan pengislaman Raja Gowa ke-14, yaitu I Mangngarangi Daeng Manrabbia dan diberi gelar sebagai Sultan Alauddin. Meskipun tidak langsung menjadi agama yang diterima oleh seluruh wilayah kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan, Sultan Alauddin tetap turun langsung untuk menyebarkan Islam ke kerajaan-kerajaan lain, terutama pada aliansi Tellumpoccoe (Persatuan kerajaan Wajo, Bone, Soppeng). Tetapi, ketiga kerajaan itu menganggap ajakan dari Kerajaan Gowa  merupakan salah satu taktik politik untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Akibatnya, terjadi peperangan yang disebut dengan mususelleng. Pada akhirnya, Kerajaan Gowa berhasil menaklukkan aliansi Tellumpoccoe dan mengislamkan tiga kerajaan tersebut.

Lokasi Makam Syekh Jumaidil Kubro Menimbulkan Tanda Tanya

Pada sisi lain, jauh sebelum peresmian agama Islam, Wajo telah menjadi wilayah penyebaran Islam yang dilakukan oleh Syekh Jumaidil Kubro yang berpusat di wilayah Tosora. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya makam dari mubaligh tersebut yang terdapat di wilayah Tosora, Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo. Namun, ada anggapan lain yang menyebutkan bahwa makam beliau ditemukan di Mojokerto, Trowulan, Jawa Timur. Hal ini kemudian menimbulkan perdebatan terkait lokasi makam asli dari Syekh Jumaidil Kubro. Akan tetapi, terdapat peneliti barat yang memberikan pernyataan bahwa makam dari Syekh Jumaidil Kubro yang asli ada di Wajo hal ini dilihat dari jejak perjalanan beliau yang terhenti di Wajo, khususnya di wilayah Tosora.

Maqam As – Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini di Tosora, Wajo (Foto: dok, Laduni.id)

Meskipun belum menjadi jawaban pasti terkait lokasi beliau dimakamkan, yang dapat digarisbawahi adalah beliau merupakan seorang mubaligh yang turut berperan penting dalam proses penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Dengan demikian, wilayah tersebut telah mengenal Islam sejak abad ke-14 atau bahkan lebih lama dari itu. Hal ini didasarkan pada proses islamisasi yang dulunya melalui beragam cara dalam penyebarannya, mula-mula hanya bersifat personal, hingga merambah pada kelompok-kelompok tertentu.

Referensi:

Hafid, Rosdiana. Keberadaan Syekh Jamaluddin Akbar Alhusaini di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan. 2018. BPNB. Sulawesi Selatan.

Latif. 2022. Biografi Imam Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubro. Laduni.ID. 6 Juni 2022.

Editor. 2023. Jamaluddin Akbar Al Husaini. Ensiklopedia Dunia. 2023.

More on this topic

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Advertisment

Popular stories