Nalar-Nationalarchaeology.com– “Aku tidak mengklaim diriku sebagai arkeolog atau ilmuwan, tapi jurnalis yang mengkaji kehidupan prasejarah manusia”.. Sepenggal kalimat tersebut menjadi pengantar oleh Graham Hancock dalam Ancient Apocalypse. Ancient Apocalypse sendiri merupakan suatu seri dokumenter yang ditayangkan oleh Netflix episode pertama yang berlokasi di Gunung Padang.
Kalimat selanjutnya lebih fantastis, dimana ia menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk amnesia. Ia melupakan suatu peristiwa yang amat penting. Yakni telah melupakan suatu peradaban yang maju, jauh sebelum zaman es terjadi.
Hal ini yang kemudian membuatnya ditentang para akademisi, utamanya para arkeolog. Sepanjang penelitian, arkeolog menyimpulkan bahwa kehidupan manusia pada masa sebelum zaman es terjadi belum semaju dugaan Hancock. Kehidupan pada masa tersebut hanya pada berburu dan mengumpulkan makanan. Belum menetap secara permanen dan tentunya, belum mampu menghasilkan suatu bangunan raksasa.
Penelitian di Gunung Padang
Untuk itu, ia membawa kita menuju suatu bukit di Indonesia yang terletak di kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Bukit ini terkenal dengan sebutan Gunung Padang. Tempat ini diduga menjadi situs megalitik tertua di Asia Tenggara
Beberapa tahun lalu, Gunung ini telah menjadi sensasi di khalayak Indonesia. Segala bentuk interpretasi menyeruak di permukaan. Diantaranya, bahwa Gunung Padang adalah sebuah piramida dan berusia lebih tua dari piramida Giza di Mesir !
Sensasi tersebut kemudian membuat dua tim peneliti berbeda pendapat. Puslit Arkenas dan Tim Terpadu Mandiri juga berbeda pendapat soal tingkat peradaban di sekitar wilayah ini.
Menurut Arkenas, peradaban di sana seusia situs, masih sangat sederhana atau primitif dari masa sebelum Masehi. Istilah Mahakarya pendapat Arkenas, bermaksud menyebutkan mahakarya dari bangsa primitif. Sedangkan Tim Terpadu menyebut terdapat berbagai lapisan generasi yang menghuni Gunung Padang. Generasi yang tidak lagi primitif, namun sudah mengenal peradaban yang maju.
Graham Hancock bersama salah satu ahli geologi Dr. Hilman, menunjukkan dugaan bentuk struktur Gunung Padang. Bahwa bentuknya tidak menyerupai piramida di belahan dunia lainnya. Namun cenderung melingkar di beberapa sisi.
Lebih dari itu, ia kemudian menduga bahwa terdapat ruangan yang berada dalam gundukan gunung. Terdapat tiga ruangan yang saling terhubung satu sama lain. Kurang lebih pada kedalaman 10 meter dari permukaan tanah.
Dr. Hilman kemudian menjelaskan bahwa dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa terdapat empat masa penghunian. Dua masa akhir kemungkinan terjadi pada kisaran 3000 – 8000 tahun yang lalu. Sedangkan pada lapisan sebelumnya terjadi pada kisaran 11.000 tahun yang lalu. Tidak berhenti disitu, lapisan awal penghunian Gunung Padang bahkan ia duga berusia 24.000 tahun yang lalu.
Dugaan Penghunian Gunung Padang
Dugaan tersebut menunjukkan bahwa situs telah dihuni oleh manusia sebelum zaman es berakhir. Dimana pada saat itu Pulau Jawa adalah bagian dari Benua Asia.
Pada saat zaman es berakhir, terjadi kenaikan permukaan air laut. Yang membuat Pulau Jawa terpisah dari Benua Asia seperti yang dilihat saat ini.
Dugaan tersebut kemudian membawa Graham Hancock kepada asumsi lain. Bahwa kemungkinan besar ada mahakarya manusia yang kemudian tenggelam di Laut Jawa kini.
Untuk memperkuat asumsi tersebut, Graham kemudian menjabarkan mitos banjir bandang. Ia mengangkat mitos yang dikenal Suku Batak. Bahkan menurutnya, mitos banjir bandang merupakan hal yang diyakini hampir di seluruh belahan dunia. Ia kemudian mengkritik bahwa mitos hanya tetap mitos, bukan dijadikan sebuah data.
Meskipun pada dasarnya, asumsi yang dilahirkan oleh Graham Hancock mendapat pertentangan. Namun terdapat hal menarik dalam pendapatnya. Dia meminta adanya penelitian lanjutan di Gunung Padang.
Entah itu mendukung hasil penelitian para arkeolog atau membantah asumsinya. Yang jelas untuk mengungkap sebuah tabir yang terkubur di Gunung Padang.