Nalar, Nationalarchaeology.com – Wacana ketahanan pangan telah menjadi pembicaraan beberapa dekade terakhir. Upaya pemerintah untuk menjaga ketahanan terdiri dari pendirian food estate atau lumbung pangan. Konsep ini diwujudkan melalui pengembangan yang menyatukan pertanian, perkebunan bahkan peternakan dalam suatu wilayah.
Sebenarnya konsep tersebut bukanlah hal baru dalam sejarah pangan Indonesia. Lumbung pangan yang digagas oleh pemerintah Suharto telah menjadi kisah sukses. Namun kisah ini tidak terulang hari ini, seperti lumbung pangan yang berlokasi di Kalimantan. Lumbung pangan kebanyakan berada lahan gambut mengakibatkan tanaman sulit untuk tumbuh.
Pertanian Masyarakat Adat
Padahal, kita harus belajar dari masyarakat adat untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan. Beberapa masyarakat adat memiliki pengetahuan mengenai ketahanan pangan yang teruji hingga hari ini. Sebut saja orang Baduy yang berdiam di Provinsi Banten.
Mereka tidak pernah mempersoalkan ketahanan pangan. Kuncinya terdapat pada pengetahuan mengenai pertanian yang turun temurun dari nenek moyang mereka. Pengetahuan ini dimulai dengan proses pemilihan lahan, pembibitan, penanaman, panen dan penyimpanan hasil panen.
Konsep pertanian Suku Baduy adalah pertanian padi ladang atau huma. Mereka menanam padi hanya setahun sekali. Ada alasan kuat dibalik itu, yakni adalah aturan adat.
Mereka memproduksi sendiri benih padi berkualitas tinggi. Benih ini tahan terhadap hama dan penyakit serta dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama.
Pengetahuan Suku Baduy melakukan pertanian yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mereka menggunakan bahan-bahan organik mulai dari penanaman hingga panen. Tanaman tidak akan menggunakan bahan kimia seperti pertanian modern. Contohnyah, untuk mencegah hama, mereka menggunakan beberapa tanaman yang tersedia dari alam.
Lumbung Pangan
Mereka menggunakan lumbung padi untuk menyimpan hasil panen mereka. Lumbung padi disebut Leuit dalam bahasa setempat. Lumbung padi adalah suatu keharusan bagi setiap keluarga Baduy. Meski jauh dari rumah warga, Lumbung Baduy tetap aman.
Lumbung padi ini berbentuk seperti rumah panggung. Dimana terdapat pilar-pilar yang menopang struktur rumah. Bagian tengah terdiri dari pagar bambu dan beratapkan jerami.
Selain orang Baduy, Orang Toraja juga memiliki lumbung padi yang disebut alang. Struktur alang terdiri dari atap, badan dan kaki (strukturnya menyerupai bentuk tongkonan). Di dasarnya ada enam pilar bundar. Pilar bundar ini dirancang untuk mencegah hama tikus memakan hasil panen.
Tradisi lumbung pangan ini juga dikenal masyarakat Bima NTT. Mereka menyebut lumbung padi “Uma Lengge“. Tradisi ini merupakan salah satu penyelamat dari bencana kelaparan. Uma Lengge sudah dikenal sejak jaman dahulu, sekitar abad ke-8.
Keberagaman Pangan
Solusi lain yang dapat kita pelajari dari masyarakat adat adalah keragaman makanan. Mereka tidak terbatas pada satu jenis makanan. Selain beras, masyarakat adat juga mengkonsumsi olahan dari sagu, jagung dan singkong serta beberapa bahan lain.
Salah satunya adalah masyarakat adat Cireundeu Jawa Barat. ampung Cireundeu merupakan desa adat penghayat Sunda Wiwitan yang ada di Desa Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat. Mereka mengolah singkong menjadi sumber karbohidrat utama. Mereka menyebutnya dengan istilah rasi, yakni beras dari singkong. Rasi ini mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi.
Masyarakat yang mendiami pulau kecil di Wakatobi, Buton maupun Muna juga mempunyai alternatif pangan. Mereka mengenal berbagai jenis pangan ubi maupun jagung. Diantaranya ialah Kasuami, berbahan dasar ubi kayu yang diparut dan dikukus.
Jenis makanan pokok masyarakat Baliem yang mendiami tanah papua berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh faktor alam tempat mereka bermukim. Mereka bermukim di tanah yang berbukit, sehingga hanya ubi jalar yang bisa ditanam.
Bahan pangan lainnya yang cukup dikenal di Indonesia bagian timur adalah sagu. Sagu merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia sebelum nasi menjadi sepopuler sekarang ini. Sagu dapat dibuat menjadi berbagai makanan olahan seperti papeda dan olahan lainnya.
Jauh sebelum wacana ketahanan pangan lahir. Masyarakat adat telah memberikan pengetahuan mengenai pangan yang luar biasa. Mulai dari pengetahuan pertanian hingga cara menyimpan hasil panen hingga makanan alternatif lainnya.
Pertanyaannya yang kemudian hadir, apakah kita akan terus merawat mitos belum kenyang kalau belum makan nasi ?