NALAR – Arkeologi Indonesia, Salah satu megaproyek yang telah dicanangkan sejak tahun 2015 ialah jalur kereta api Sulawesi. Pada tahap awal, jalur ini terbentang dari Makassar – Pare Pare. Proyek Kereta Api Makassar – Pare Pare sepanjang 144 km merupakan bagian dari jaringan kereta api Trans Sulawesi yang akan menghubungkan seluruh Pulau Sulawesi. Proyek kereta api ini merupakan yang pertama di Indonesia Timur.
Jalur ini berperan sebagai sarana transportasi yang mampu mendukung permintaan angkutan penumpang dan perpindahan barang. Jaringan kereta api ini akan menghubungkan pelabuhan di Parepare dan di Makassar.
Pembangunan jalur ini sempat terhenti akibat pandemi. Pemerintah menargetkan pada Bulan Oktober 2022, jalur ini akan segera beroperasi. Target awal ialah menghubungkan wilayah Maros dan Barru sepanjang 71 km yang mana akan terdapat delapan stasiun.
Namun Jalur kereta api ini bukanlah yang pertama di Sulawesi Selatan. Sebelumnya terdapat jalur kereta api Makassar – Takalar.
Awal Mula Pembangunan Jaringan Kereta
Pembangunan kereta api pertama terjadi pada tahun 1876 di Semarang. Hal ini diinisasi oleh Raja Willem I untuk memperkuat militer serta sarana transportasi hasil bumi. Panjang Rel kereta api ini berjarak kurang lebih 26 km dari Kemijen hingga Tanggung.
Pembangunan tersebut merupakan salah pijakan awal dalam pembangunan kereta api di Indonesia. Pada tahun tahun selanjutnya, pembangunan kereta api kian masif dilakukan diwilayah di Indonesia. Pembangunan kereta api merupakan salah satu penanda kegiatan ekonomi yang cukup bergeliat di satu wilayah.
Rencana Pembangunan Jaringan Kereta di Sulawesi Selatan
Salah satu wilayah yang berkembang pesat ialah Makassar. Hal ini membuat wilayah ini turut mendapat pembangunan transportasi kereta api. Pembangunan Pelabuhan Makassar pada tahun 1912 menjadi salah satu alasan kuat dalam pembangunan tersebut. Gagasan awalnya ialah menghubungkan rel dan laut. Tercantum pula rencana pembangunan yang akan menghubungkan Makassar dan Manado.
Pembangunan jalur kereta api tidak hanya didasarkan atas permasalahan dalam kesulitan pengangkutan barang hasil produksi perkebunan. Hal lain yang melatarbelakangi pembangunan jalur kereta api yaitu pertahanan militer. Kereta api ini memudahkan proses perpindahan para prajurit dari wilayah pedalaman menuju pelabuhan maupun sebaliknya. Jalur kereta api juga digunakan untuk pengiriman logistik militer.
Pada awalnya, pembangunan ini akan menghubungkan Makassar dan Manado. Khusus wilayah Sulawesi Selatan sendiri, terdapat jalur lain. Yakni Makassar – Pare Pare yang melintasi pesisir barat Sulawesi kemudian berbelok ke arah timur hingga ke Sengkang. Namun, biaya dalam pembangunan jaringan kereta api ini cukup tinggi membuat hal ini kemudian diurungkan.
Proyek diawali dengan membangun jalur rel di sekitar pelabuhan dan sebuah stasiun kecil dengan menggunakan gerbong dari Pelabuhan Makassar. Namun dalam pembangunannya, jaringan kereta api ini sempat terhambat antara tahun 1914-1918 akibat Perang Dunia I. Akhirnya, pada tahun 1920-1922 pembangunan jalur rel kereta api telah sampai di Kabupaten Takalar. Rel kereta api tersebut membentang dari Makassar, Gowa dan Takalar sepanjang 47 km. Stasiun pertama terletak di area pelabuhan Makassar dan berakhir pada daerah Cillallang Takalar.
Pengoperasian Kereta Api Makassar – Takalar
Jaringan kereta api tersebut beroperasi pada 1 Juli 1922. Jalur kereta api Makassar-Takalar ini dioperasikan oleh pemerintah dengan nama Staatstramweg op Celebes. Tarif naik Kereta api dari Pa’baeng-baeng ke Sungguminasa adalah 10 sen, Makassar ke Limbung 20 sen, dan Makassar ke Takalar 40 sen untuk orang dewasa.
Dalam keberjalanannya, kereta api Makassar Takalar mengalami tantangan. Gerbong barang maupun gerbong penumpang sering terlihat kosong. Selain itu, jadwal keberangkatan yang sering tidak sesuai jadwal. Pada akhirnya, kereta api ini terhitung hanya beroperasi selama delapan tahun, dari 1 Juli 1922 hingga 1 Agustus
Jejak Kereta Api Makassar Takalar
Selain itu, berdasarkan catatan sejarah terdapat 20 pemberhentian, yakni 8 stasiun dan 12 halte. Selain itu dibangun beberapa infrastuktur pendukung seperti stasiun penjualan, hingga rumah dinas pejabat kereta api. Namun, beberapa bangunan tersebut kini telah hilang.
Tinggalan perkeretaapian yang ditemukan hanya sepuluh buah yang tersebar di tiga daerah; Makassar sebanyak dua, Gowa dan Takalar masing masing empat tinggalan. Tinggalan tersebut berupa bekas stasiun, bekas rumah kepala stasiun, struktur jembatan, jembatan, bantalan rel dan dipo kereta api
tulis Zulkifli Natsir dalam Tinggalan Perkeretaapian di Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Takalar.
Tinggalan lain kemudian tidak tersisa sama sekali. Hal ini disebabkan karena saat zaman pendudukan Jepang di bukti kereta api tersebut di Bongkar. Rel, lokomotif dan gerbong diduga diangkut menuju Myanmar untuk memperkuat posisi Jepang. Menarik menunggu kiprah jalur kereta api Makassar – Pare Pare, apakah menjawab tantangan zaman atau malah bernasib seperti jalur kereta api Makassar – Takalar.