NALAR – Arkeologi Indonesia, Dalam dunia fashion, pakaian terus berkembang dan mengalami evolusi, mulai dari tren parlente hingga gaya futuristik yang inovatif. Setiap tahun, desainer dan merek terkenal meluncurkan koleksi terbaru mereka. Peluncuran dengan bahan dan warna yang unik, dan model yang berbeda-beda. Tak heran jika benda ini sering dianggap sebagai cerminan dari identitas dan kepribadian seseorang.
Namun, tidak hanya tentang fashion, benda ini juga bisa menjadi sebuah simbol sosial dan budaya. Di banyak negara, busana tradisional masih digunakan sebagai cara untuk mempertahankan warisan dan nilai-nilai leluhur.
Di era modern juga bisa membawa pesan politik dan pernyataan publik. Sebagai contoh, gerakan feminis sering menggunakannya sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan merayakan kebebasan. Contoh lainnya ialah kutipan dari tokoh tokoh terkenal menghiasi bagian depan dari baju kaos anak muda. Atau para peserta kontestan politik yang berkampanye menggunakan baju pembagian mereka.
Pakaian adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebagai manusia, kita membutuhkannya untuk melindungi tubuh dari cuaca dan lingkungan, serta untuk mengekspresikan diri dan gaya hidup kita. Tidak hanya menjadi kebutuhan dasar, tapi juga bisa menjadi sebuah karya seni yang indah dan menarik. Namun, bagaimana asal mula dari terciptanya potongan kain yang kita kenal dengan istilah ini dimulai ?
Asal Usul Pakaian
Pakaian telah dikenal sejak zaman prasejarah. Para peneliti menyakini bahwa benda ini telah digunakan 170.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini, manusia memakainya untuk melindungi diri dari cuaca ekstrem dan bahaya dari lingkungan sekitar.
Pakaian pada zaman prasejarah tidaklah rumit dan hanya terdiri dari satu potongan kain. Penggunaan bahan juga berasal kulit yang digunakan sebagai pakaian atau pelindung tubuh. Manusia prasejarah juga menggunakannya sebagai tanda pengenal untuk membedakan antara kelompok atau suku yang berbeda.
Seiring berjalannya waktu, manusia prasejarah memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam membuat pakaian dari bahan alami. Pada zaman prasejarah terbuat dari bahan-bahan alami seperti kulit binatang, kulit kayu, rumput, dan daun. Bahan-bahan tersebut kemudian diolah dengan teknik-teknik yang sederhana untuk membuat pakaian yang nyaman dan fungsional.
Jejak Jejak Awal di Dunia
Tentunya sulit membayangkan bagaimana sisa sisa buktinya yang telah berusia ribuan tahun dapat bertahan hingga sekarang. Namun dibeberapa lokasi, masih dapat dijumpai bukti bukti arkeologisnya.
Bukti tertua yang dapat dijadikan rujukan untuk mengetahui asal usul dari kain dari gua Guitarrero di Peru. Adalah James M. Adovasio dan Thomas F. Lynch dua orang peneliti yang mencoba mengungkap hal tersebut tersebut.
Lima puluh lima helai dan 13 fragmen tekstil, yang kemungkinan berasal dari milenium kesembilan hingga keenam sebelum Masehi
James M. Adovasio dan Thomas F. Lynch
Ujar mereka dalam Preceramic Textiles and Cordage from Guitarrero Cave, Peru terbitan American Antiquity. Hal tersebut memberikan informasi bahwa bukti tertua berada pada angka 12.000 tahun yang lalu.
Ian Hodder, seorang arkeolog terkemuka dan timnya melakukan penggalian di Situs Çatalhöyük, Turki. Dalam penggalian tersebut, ditemukan beberapa potongan kain di situs pemukiman pada zaman batu. Pakaian tersebut berasal dari proses pengolahan bahan bahan alami yang tumbuh di sekitar situs seperti serat kulit kayu. Setelah melakukan serangkaian uji laboratorium, kain tersebut disinyalir berusia 8.500 – 8.700 tahun yang lalu.
Di belahan dunia lainnya, pakaian juga ditemukan di Mesir. Pakaian tersebut merupakan sebuah gaun yang ditemukan di kompleks Makam Tarkhan. Peneliti memperkirakan gaun tersebut berusia kurang lebih 5.100 tahun yang lalu.
Dari Kebutuhan Menjadi Kebudayaan
Pakaian telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia selama ribuan tahun. Seiring berjalannya waktu, pakaian telah mengalami evolusi yang signifikan. Untaian untaian benang tidak hanya membentuk kain, tetapi membentuk budaya yang konpleks.
Pakaian telah mengalami evolusi yang luar biasa sejak manusia pertama kali mengenakan pakaian untuk melindungi diri mereka. Pakaian tidak hanya sebagai alat pelindung tubuh, namun juga sebagai lambang identitas, ekspresi seni, dan status sosial.
Dalam konteks kehidupan sosial, pakaian juga menjadi cerminan status sosial dan kekayaan seseorang. Pada zaman prasejarah, pakaian yang dikenakan oleh pemimpin atau pemuka suku seringkali lebih mewah. Pakaiannya dihias dibandingkan dengan pakaian yang dikenakan oleh orang biasa.
Selain itu, pakaian juga digunakan sebagai tanda penghormatan terhadap kepercayaan atau dewa-dewa tertentu. Misalnya, pada zaman prasejarah di Eropa Utara, bangsa Viking menggunakan simbol-simbol dan gambar-gambar yang melambangkan dewa-dewa mereka pada pakaian mereka.
Perkembangan dari Masa ke Masa
Perkembangan pakaian dari masa ke masa sangat terpengaruh oleh perkembangan sosial, ekonomi, dan politik pada saat itu. Bukan hanya sebagai alat perlindungan, namun juga sebagai lambang identitas, status sosial, dan bahkan sebagai sarana ekspresi diri.
Pada era Mesir Kuno, memainkan peran dalam menunjukkan status sosial. Busana yang dikenakan oleh firaun dan keluarga kerajaan sangatlah mewah, sementara rakyat jelata hanya memakai pakaian yang sederhana. Pada saat itu, pakaian juga digunakan sebagai tanda penghormatan terhadap para dewa dan untuk mengenali suku atau kelompok tertentu.
Pada abad pertengahan, mulai menjadi semakin rumit dan lebih diperhatikan dalam detailnya. Selama masa Renaissance di Eropa menggabungkan elemen-elemen dari berbagai budaya dan gaya, serta memperkenalkan kain sutra, brokat, dan renda. Pada abad ke-18, perkembangannya terfokus pada perincian, serta warna dan corak yang lebih cerah.
Pada kisaran tahun 1900an, telah mengalami perubahan besar-besaran. Desainnya mulai dipengaruhi oleh perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Pada saat itu, mulai menggabungkan fungsi dan model. Celana panjang yang awalnya hanya digunakan untuk olahraga, kemudian menjadi bagian dari mode sehari-hari.
Industri Pakaian di Masa Depan
Pakaian mengalami revolusi besar-besaran yang telah menjadi industri besar di abad ini. Kemajuan teknologi dan bahan baru yang semakin pesat dan inovatif. Sehingga dizaman sekarang dapat dibuat lebih cepat, lebih murah, dan lebih mudah diakses oleh semua orang.
Namun, dibalik itu Industri ini telah berdampak buruk terhadap lingkungan. Mulai dari pencemaran air, pencemaran limbah hasil industri. Proses produksinya membutuhkan penggunaan bahan kimia yang dapat mencemari air. Bahan kimia seperti pewarna dapat terbawa oleh air limbah dan masuk ke sumber air seperti sungai.
Namun hal yang paling jelas, eksploitasi sumberdaya alam yang massif. Produksinya membutuhkan sumber daya alam seperti bahan baku alami dan energi. Pengambilan sumber daya alam yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan mendorong produksi yang ramah lingkungan. Penggunaan bahan baku yang lebih berkelanjutan, mengurangi limbah yang dihasilkan, dan memperbaiki sistem daur ulang. Namun, upaya lain perlu dilakukan oleh konsumen, seperti menggunakan produk ramah lingkungan dan memperbaiki pola ‘konsumsi’.
REFERENSI
Adovasio, J. M., & Lynch, T. F. (1973). Preceramic Textiles and Cordage from Guitarrero Cave, Peru. American Antiquity, 38(1), 84–90. https://doi.org/10.2307/279313
Lobell, Jarrett A. (2017). “World’s Oldest Dress”. Archaeology. Vol. 70, no. 1. Tarkhan, Egypt.
Rast-Eicher, A., Karg, S., & Bender Jørgensen, L. (2021). The use of local fibres for textiles at Neolithic Çatalhöyük. Antiquity, 95(383), 1129-1144. doi:10.15184/aqy.2021.89